Nabi Muhammad pun manusia biasa, beliau pun pernah berbuat salah yang manusiawi, meski itu tidaklah fatal, dan tidaklah sering. Bedanya dengan kita-kita, setiap kali nabi-nabi tersalah, maka Allah akan langsung meluruskannya.
Sebetulnya Mariah Al-Qibtiyah adalah perempuan yang dihadiahkan kepada Rasulullah oleh penguasa Mesir, Raja Muqauqis. Akan tetapi Nabi Muhammad memuliakannya dengan menikahinya dan menjadikannya salah seorang dari Ummul Mukminin.
Kehadiran Mariah membakar api cemburu bagi Aisyah dan Hafsah, terlebih perempuan Mesir itu mampu memberikan beliau putra bernama Ibrahim (yang kemudian wafat saat kecil).
Dahsyatnya kecemburuan Hafsah dan Aisyah membuat Rasulullah pernah mengharamkan Mariah atas dirinya. Maka Allah menurunkan teguran pada surat At-Tahrim ayat 1, yang artinya, “Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Pada Tafsir Jalalain dijelaskan, lalu kamu (Nabi Muhammad) mengatakan, dia (Mariah) haram bagi diriku, “Engkau ingin,” dengan mengharamkannya atas dirimu, “menyenangkan hati istri-istrimu?” kerelaan mereka terhadap dirimu. “Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang,” Dia telah mengampunimu atas tindakan pengharamanmu itu.
Kesalahan itu diluruskan Tuhan dan diampuni-Nya. Tetapi jangan bersikap lemah kepada istri yang lagi terpeda oleh kecemburuan. Mariah itu halal karena dinikahi oleh Rasulullah, dari itu janganlah mengharamkan diri untuk menyentuhnya hanya dikarenakan kobaran api cemburu istri-istri yang lain.
Sebenarnya apa yang terjadi pada Nabi Muhammad belum menjadi kesalahan, karena beliau baru mengucapkan dan belum melaksanakannya. Dan demikianlah Allah memelihara kesucian nabi-Nya, yaitu dengan meluruskannya sebelum terlanjur terjadi.
Teguran Tuhan ini bukannya buruk, tetapi berujung manis. Keluarga Nabi Muhammad menjadi lebih harmonis, dan istri-istrinya lebih memahami hakikat kebahagiaan, meski dalam kecemburuan. Lagi pula cemburu itu biasa saja, tetapi akan menjadi kesalahan apabila menyalahi ketentuan agama. Nah, inilah yang perlu dipelihara!
Uniknya lagi, kejadian ini malah disebutkan di dalam Al-Qur’an. Tentunya Allah tidak bermaksud mempermalukan nabi yang teramat dicintai-Nya di hadapan milyaran manusia yang akan terus membaca kitab suci. Allah ingin menyadarkan seluruh umat manusia, kesalahan itu tidak selalu buruk, asalkan kita pandai memelihara diri dan cerdik dalam memetik hikmahnya.
KOMENTAR ANDA