Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Sekali lagi, kuncinya komunikasi, setidaknya kita akan saling mengetahui, untuk kemudian belajar memahami, dari ta’aruf menuju tafahum.

Ketiga, bertahanlah hingga tetes darah penghabisan.

Ini terdengar amat heroik, tetapi tergantung pada apa niat kita dalam membangun pernikahan.

Apabila kebersamaan itu menimbulkan mudarat yang terlalu menyakitkan dan terus menuju jurang kebinasaan, maka agama membuka gerbang darurat yang disebut perceraian. Tetapi, bercerai tentu tidaklah gampang, dan jangan sampai digampang-gampangkan.

Abdus Sami' Ahmad Iman dalam buku Pengantar Studi Perbandingan Madzhab mengungkapkan, Rasulullah bersabda, “Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak.” Talak adalah perbuatan yang paling dibenci Allah sehingga talak tidak diizinkan kecuali ada kepentingan yang mendesak. Sedangkan derajat paling rendah dari dibenci adalah makruh, sedangkan makruh adalah derajat paling rendah dari derajat haram.

Gerbang darurat ini amatlah berhati-hati dipakai, bukan asal-asalan ya! Karena di sana ada kebencian Tuhan.

Sesekali cobalah mengikuti sidang perceraian di peradilan agama! Alasan perpisahan suami istri itu bermacam-ragam, mulai dari yang berat hingga yang remeh temeh.

Akan tetapi, segalanya akan menjadi terang-benderang ketika kita merujuk kepada niat yang menjadi pondasi pernikahan. Di antara nasihat bagi pasutri yang hendak berpisah adalah agar keduanya mengingat betapa kasihan nasib anak-anak. Terkadang alasan ini tak lagi mempan, karena keduanya malah melihat kebersamaan hanya akan membuat anak makin merana.

Mohon maaf, dari berbagai gejolak, intrik dan memanasnya rumah tangga, maka Nabi Muhammad dapat saja menceraikan istrinya dan mendapatkan istri pengganti. Beliau tidak melakukan yang demikian, karena polemik antarpasangan itu normal saja, yang akan menaikkan level diri mereka dan menjadi pelajaran bagi umat.

Apabila dulu kita pernah salah niat dalam pernikahan, maka tidak ada salahnya berdua kembali menyusun ulang niat yang kokoh, menikah demi keridaan Allah. Itu saja, sudah cukup sebagai modal mengharungi topan badai kehidupan berkeluarga.

Niat itu pula yang akan membuat suami istri dapat berkata, “Akan terus bertahan hingga titik darah penghabisan.”  




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur