Al-Qur’an membicarakan tentang tema syukur nikmat banyak sekali, termasuklah di dalamnya nikmat pernikahan/ Net
Al-Qur’an membicarakan tentang tema syukur nikmat banyak sekali, termasuklah di dalamnya nikmat pernikahan/ Net
KOMENTAR

SELAIN seperangkat peralatan shalat, Al-Qur’an merupakan salah satu mahar favorit dalam pernikahan, setidaknya bagi muslim Tanah Air. Lelaki muslim di Indonesia patut bersyukur dianugerahi Allah para istri yang dalam urusan mahar ringan-ringan saja.

Alhamdulillah!

Selain harganya yang tidaklah memberatkan, mahar kitab suci itu juga menyimpan harapan yang mulia, agar pasangan itu menjadi pengantin Al-Qur’an. Niat ini pun patut diapresiasi.

Akan tetapi, bagaimanakah nasib kitab suci itu setelah pernikahan berlangsung bertahun-tahun lamanya?

Sebagian Al-Qur’an itu bertahta dalam lemari bagus, tersimpan rapi, dan masih wangi aroma pabrik. Tampaknya kitab suci itu jarang dijamah atau bahkan tidak pernah sama sekali. Al-Qur’an itu dijadikan pajangan semata. Apakah keluarga itu membaca, mendalami makna dan mengamalkan ajarannya?

Entahlah!

Sebagian Al-Qur’an itu menghilang entah kemana, raib tak tentu rimbanya. Tampaknya, tugasnya hanya satu kali saja ketika berperan sebagai mahar pernikahan. Berikutnya, Al-Qur’an seperti kehilangan daya tarik dalam keluarga tersebut.

Sebagian Al-Qur’an itu dibaca secara rutin, sehingga keluarga memperoleh pahala. Kemudian Al-Qur’an itu dipahami maknanya dan diamalkan ajarannya. Sehingga pernikahan itu pun selamat dunia akhirat berkat kitab suci yang dipedomani.

Silahkan renungkan, bagaimanakah kita memaknai pernikahan kita sebagai pengantin Al-Qur’an?

Apapun keadaannya, semoga saja harapan setiap pasangan muslim untuk menjadi pengantin Al-Qur’an tetap menyala. Sebab pengantin Al-Qur’an bukan sekadar sebutan, melainkan suatu visi yang teramat suci.

Selebihnya, ada baiknya juga kita pertimbangkan pendapat yang berikut ini:

M Quraish Shihab dalam bukunya Pengantin Al-Quran menerangkan, dalam Al-Qur'an terdapat satu surah yang dinamai Arus Al-Qur'an/Pengantin Al-Qur'an, yakni surah yang ke lima puluh lima. Populer surah itu dengan nama surah Ar-Rahman. Sungguh indah dan anggun surah itu, bukan saja dari susunan kalimatnya yang memesona, tetapi dari pesan-pesan, bahkan kesan-kesan yang ditimbulkannya.

Memang, wajar ia dinamai demikian, tulis ulama besar Al-Biqa'i dalam tafsirnya Nazem Ad-Durar (Untaian Permata), karena, “Surah ini mengandung aneka hiasan dan pakaian indah, mutiara, permata, dan manikam, dialah pengantin sesungguhnya, dengan segala kenikmatan, keindahan, kebahagiaan dan kesempurnaan.”

Dan teramat memesona bagian terakhir surat Ar-Rahman, yaitu ayat ke 70 & 72 & 76, yang artinya, “Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan jelita. Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah. Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.”

Nah, ayat-ayat itu kan bercerita tentang kondisi di surga, nyatanya kita masih eksis di dunia nan fana ini. Jadi, bagaimana dong caranya menjadi pengantin Al-Qur’an?

Kalau sudah bermukim di surga, niat menjadi pengantin Al-Qur’an tentunya tercapai. Namun, apakah dengan berada di dunia artinya kita tidak mungkin menjadi pengantin Al-Qur’an? Kalau memungkinkan bagaimana pula rahasianya?

Mari bolak-balik lagi surat Ar-Rahman, dan resapilah potongan ayat yang diulangnya hingga 31 kali, yang artinya, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Ya, 31 lho ayat ini diulang-ulang oleh Allah dalam surat Ar-Rahman, yang disebut dengan julukan Pengantin Al-Qur’an. Tentunya ada rahasia terindah yang perlu disibak.

Menikah itu adalah nikmat Tuhan, yang tidak boleh dipungkiri keindahannya. Memiliki suami atau istri dan anak itu adalah nikmat Tuhan yang tidak boleh diingkari. Mempunyai keluarga itu nikmat Tuhan yang tak boleh didustakan.

Begitulah visi pengantin Al-Qur’an memaknai perkawinannya. Caranya dengan melihat suami atau istri serta anak-anak itu sebagai nikmat Allah. Apakah ada nikmat-Nya yang buruk?

Tentulah tidak.

Hanya saja, di hati kita yang lemah ini juga berkelebat iblis, setan dan kroni-kroninya, yang membangun imajinasi menyesatkan, hingga kita terkadang gagal paham tentang besarnya nikmat pernikahan itu, atau barangkali di antara kita malah pernah terjerumus pada kufur nikmat. Nauzubillahi min zalik.

Al-Qur’an membicarakan tentang tema syukur nikmat banyak sekali, termasuklah di dalamnya nikmat pernikahan. Apabila ingin menjadi pengantin Al-Qur’an, maka merujuklah kepada Al-Qur’an, khususnya bagaimana cara terindah dalam syukur nikmat.

Surat An-Nahl ayat 18, yang artinya, “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.”




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur