Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

1. Anak bisa stres lantaran takut gagal dan ditolak oleh orangtuanya.

2. Anak menjadi matang semu. Maksudnya, anak memang bisa melakukan ini itu namun kurang mampu mengendalikan emosi dan kurang empati terhadap lingkungan sekitar.

3. Anak kurang memiliki waktu bermain. Padahal waktu itu penting bagi anak untuk mengembangkan kemampuan dasarnya.

4. Lambat laun anak akan merasa bahwa belajar itu tidak lagi menyenangkan dan hanya bikin pusing.

5. Gejala fisik seperti sakit kepala, bisa saja dialami anak dan itu akan mengganggu tumbuh kembangnya.

Mencegah Hurried Child Syndrome

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mencegah terjadinya hurried child syndrome ini:

• Let Kids be Kids!

Beri anak waktu bermain bebas. Unstructure play memungkinkan anak menemukenali apa yang benar-benar mereka sukai, mengekspresikan kepribadiannya, dan belajar mengelola waktu.

Belajar dari negara paling bahagia di dunia, Denmark, orangtua di sana sangat memfasilitasi kebutuhan anak-anak untuk bermain bebas.

• Pahami perkembangan anak sesuai usia

Orangtua harus sadar diri, sehingga memiliki ekspektasi yang realistis terhadap anak.

• Kuatkan keterampilan dasar

Ingat, keterampilan dasar berkembang lewat bermain. Lebih baik masuk SD terlalu matang daripada terlalu dini. Saat anak masuk TK, memang tidak terlalu terlihat. Tapi saat di kelas 4 SD, tuntutan pendidikan semakin tinggi, gangguan belajar akan timbul.

• Batasi jumlah kursus

Orangtua, jangan sampai over-schedule, ya! Untuk anak usia SD, sebaiknya tidak lebih dari 3 jenis kursus dan divariasikan.

Misalnya, kursus piano, beladiri, dan bahasa asing saja. Dan ingat, kursus sebaiknya disesuaikan dengan minat anak, bukan paksaan orangtua.

• Batasi konten

Awasi dan batasi konten apa yang ditonton anak. Filter lagu-lagu atau film yang ingin diberikan pada anak. Dan temani mereka dalam prosesnya.

• Kenali gejala stres pada anak

Orangtua, pekalah pada anak. Saat anak lelah berkepanjangan, tidak mood, mudah marah, malas-malasan, susah tidur, kembali mengompol, menarik diri dari lingkungan, bisa jadi mereka sedang mengalami stres.

Luangkan waktu untuk bercanda atau bermain. Ajak mereka berbincang untuk menggali pikiran dan emosinya.

 




Adolescence, Tantangan Besar bagi Orang Tua Membuat Anak Nyaman dengan Dirinya Sendiri

Sebelumnya

Bergeser ke Jadwal Normal, Ini Cara Mengembalikan Pola Tidur Anak Setelah Libur Lebaran

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting