BANYAK orangtua (terutama para ibu) masih bertanya-tanya tentang vaksin dan efeknya setelah BPOM memberikan Emergency Use Authorization (izin darurat penggunaan) vaksin Sinovac untuk anak usia 6 – 11 tahun. Pro dan kontra pun kerap mewarnai pemberitaan tentang vaksin anak ini.
Melihat banyaknya pertanyaan seputar vaksin untuk anak, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika menghadirkan talkshow Anda bertanya, IDI Menjawab dengan tema “Apakah Vaksinasi 6 - 11 Tahun Sudah Dapat Dilakukan?”
Talkshow tersebut menghadirkan dr.Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) selaku Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI.
Berikut ini tanya jawab yang Farah.id rangkum dari talkshow IDI.
T (Tanya): Vaksin buat anak sudah ada. Ini untuk umur berapa? Apakah aman?
dr. Piprim: Untuk vaksinasi, para ilmuwan memang (sangat) berhati-hati pada anak-anak. Dalam tahapan-tahapan vaksinasi, kita uji coba pada hewan dulu, kemudian kalau sudah aman barulah ke relawan, biasanya relawan dewasa baru populasi masyarakat dewasa. Setelah aman, baru turun ke remaja, kemudian pada anak yang lebih kecil. Sebenarnya Coronivac uji cobanya sudah pada fase 1 dan 2 untuk anak 3 tahun tapi BPOM mengeluarkan izin untuk usia 6 - 11 tahun.
Tahapan-tahapan tersebut sedemikian hati-hati karena memperhatikan masalah safety pada anak-anak. Alhamdulillah pada fase 1 dan fase 2 tidak ada efek simpang yang signifikan, rata-rata efek sampingnya lokal saja. Efek sistemiknya alhamdulillah tidak ada.
dr Nadia: Ini sebenarnya berita baik khususnya untuk anak-anak kita. Orangtua tidak perlu takut. Ini bukan kelinci percobaan. Kalau nanti program vaksinasi sudah dimulai untuk usia 6 – 11 tahun, yuk, segera datang langsung ke sentra-sentra vaksin, juga direncanakan (diadakan) di sekolah. Paling telat pada pertengahan Januari sudah dimulai.
T: Apakah sudah ada vaksin untuk anak-anak di bawah umur 6-11 tahun?
Dr. Piprim: Harap bersabar untuk kepastiannya. Semua bertahap walaupun penelitian untuk 3 tahun ke atas sudah dilakukan. Kita ikuti regulasi yang ada. Mudah-mudahan vaksin anak untuk usia yang lebih kecil bisa hadir secepatnya. Saran saya, sambil menunggu vaksin Covid-19, vaksin-vaksin lain yang terlambat diberikan karena pandemi lalu, harus dikejar. Jangan sampai aman dari Covid tapi kena penyakit lainnya.
T: Vaksin Sinovac sudah ada dan dapat izin, kenapa belum disuntikkan?
dr. Nadia: Setelah izin penggunaan darurat keluar, kami berdiskusi untuk membuat petunjuk skrining, petunjuk pelaksanaan vaksinasi, dan petunjuk penanggulangan efek sampingnya. Dalam hal ini, sangat penting untuk mengedukasi para orangtua untuk tahu apa yang harus dilakukan dan memastikan keamanan pelaksanaannya. Kami juga sedang berkomunikasi untuk menambah jumlah kuota vaksin karena masih kurang 40 - 60 juta dosis.
T: Nantinya daerah mana dulu yang diberlakukan vaksinasi anak?
dr. Nadia: Dimulai dari daerah-daerah dengan cakupan dosis pertama sudah tinggi untuk vaksin lansia. Karena semakin bertambah usia, risiko pun semakin besar. Nah, untuk vaksinasi anak kami lakukan di daerah tersebut.
T: Bagaimana uji klinis seputar manfaat vaksin bagi anak?
dr. Piprim: Dari data yang saya lihat, untuk anak-anak imunogenitasnya tinggi yaitu 94%. Insya Allah sangat bermanfaat jika diberikan pada anak. Walaupun pada anak sehat indeks imunogenitasnya bagus jadi kalau dia tertular reaksinya akan ringan. Tapi jika reaksinya ringan tapi tidak divaksinasi, dia bisa menularkan.
Dengan vaksinasi, kita berusaha memutus mata rantai supaya anak tidak lagi jadi penular buat eyangnya, atau tantenya yang mempunyai riwayat diabetes berat. Walaupun ada yang bilang bahwa tidak ada anak sehat yang meninggal akibat Covid-19. Anak sehat jika terkena Covid, efeknya ringan. Kita tidak ingin ada anak-anak terkena Covid-19 yang berat.
T: Mungkinkah vaksin akan memengaruhi pertumbuhan anak?
dr. Piprim: Pertumbuhan anak diukur dari berat badan, lingkar kepala, dan panjang badan. Vaksin ini virus non-aktif yang berupa antigen, tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan anak. Untuk tinggi badan atau stunting urusannya dengan nutrisi, terutama asupan amino esensial seperti telur dan ikan. Itu yang berpengaruh besar pada pertumbuhan.
Vaksin tidak ada hubungannya karena dia hanya merangsang terbentuknya antibodi. Nah, antibodi diperlukan untuk melawan bila ada virus Corona yang masuk ke dalam tubuh anak.
T: Apakah aman untuk anak dengan epilepsi?
dr. Piprim: Epilepsi yang terkendali dan terkontrol apalagi jika sudah lama tidak kejang maka tidak masalah untuk diberikan vaksin. Tapi kalau ragu-ragu terhadap kondisi anak, silakan konsultasi ke dokter untuk mendapatkan surat layak vaksinasi.
T: Apakah ada syarat yang harus dibawa?
dr. Nadia: Syarat administrasi jangan lupa KIA atau nomor induk anak yang ada di Kartu keluarga. Kalau lupa atau belum punya, segera datang ke dukcapil untuk menanyakan. NIK menjadi penting karena akan muncul di aplikasi PeduliLindungi. Sambil menunggu vaksin, segera cek apakah sudah ada NIK apa belum.
KOMENTAR ANDA