Ilustrasi/ net
Ilustrasi/ net
KOMENTAR

TAK jarang orang-orang dilanda kebingungan perihal menggerakkan seluruh anggota keluarganya menegakkan shalat. Namun, kita tidak boleh kekurangan kreatifitas agar shalat benar-benar ditegakkan penuh kesadaran.

Demi membuat keluarga ketagihan shalat, berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dipilih:

Pertama, membangun kebiasaan

Bisa karena terbiasa, begitu kata orang-orang. Jika kita percaya dengan ungkapan ini, maka membiasakan shalat dalam keluarga akan jauh lebih dahsyat manfaatnya.

Intinya adalah keteladanan, terlebih bagi anak-anak yang masih doyan meniru. Maka kebiasaan shalat itu akan lebih mudah dibangun bersama keteladanan yang terlihat dari ayah maupun bunda, tak terkecuali pula keteladanan di antara suami atau istri.

Tentunya butuh kerja keras membangun kedisiplinan dalam melaksanakan shalat, tetapi ini perjuangan yang luar biasa pahalanya. Apabila seluruh anggota keluarga telah terbiasa menegakkan shalat, insyallah segalanya akan lancar.  

Kedua, cara mengajak yang asyik akan membangkitkan semangat shalat

Terkadang cara yang mengajak yang kurang mengenakkan justru menimbulkan keengganan. Nah, agar ajakan untuk shalat itu menyentuh hati, perlu diciptakan seruan yang mengasyikkan.  

Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani pada Ensiklopedi Shalat menerangkan, shalat merupakan saat beristirahat bagi Nabi. Telah diriwayatkan dari Salim bin Abi Al-Ja'ad, dia bercerita, ada seseorang berkata, “Seandainya aku shalat dan beristirahat.” Seakan-akan orang-orang mencelanya atas ucapan tersebut. Lalu dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Wahai Bilal, kumandangkan iqamah shalat, istirahatkan kami dengannya.”

Shalat bukanlah beban, melainkan amalan yang mengistirahatkan lahir batin dari kepenatan duniawi. Demikianlah cara Nabi Muhammad dalam menyeru sehingga hati orang-orang pun lekas tergerak.

Tentunya ajakan yang mengasyikkan seperti Rasulullah akan lebih disukai dibanding ajakan yang merendahkan, meremehkan apalagi memarahi.

Ketiga, jangan ditunda-tunda

Menunda adalah perkara yang berbahaya, apalagi kalau yang ditunda itu perkara shalat. Sebab yang dihadapi bukan kemalasan diri atau kesibukan urusan, melainkan juga berbagai intrik setan, yang bukan hanya menghasut atau menggoda tetapi juga memperlemah sendi-sendi tubuh yang membuat kita tak berdaya bangkit, yang menebarkan rasa kantuk yang membuat kita ketiduran, yang membuat pikiran kita terkuras untuk urusan lain hingga shalat pun terlupakan.

Percayalah, dalam hidup ini banyak sekali urusan penting yang kita kerjakan, tetapi tidak ada yang dapat mengalahkan pentingnya shalat. Karena shalat di atas dari segalanya.

Apabila shalat ditunda yang terjadi malah terlupa. Jangankan sampai terlupa, shalat yang terlalaikan juga berbahaya bagi kita. Karena lalai dalam shalat dapat berujung celaka.

Dari itu ingatkan kepada keluarga mengenai firman Allah surat Al-Ma’un ayat 4-5, yang artinya, “Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya,.”

Begitu suara azan berkumandang, maka gerakkan segenap anggota keluarga agar bersegera mendirikan shalat. Orangtua mengumpulkan anak-anaknya, suami mengajak istrinya lalu bersama-sama shalat berjamaah.

Istri menelepon ke kantor suami bukan lagi hanya mengingatkan makan siang atau mencek suaminya benar bekerja atau malah berbuat serong, tetapi yang terutama ingatkanlah shalatnya. Karena ketika shalat suami benar, maka dia akan menjaga dirinya dan keluarganya dengan benar pula.

Keempat, merasakan nikmatnya

Hendaknya shalat yang kita tegakkan dalam keluarga bukan hanya sekadar gerak tubuh belaka, melainkan suatu kembara rohani yang mengantarkan kepada kenikmatan tiada tara antara hamba dengan Tuhannya.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah pada buku Hikmah dan Rahasia Shalat mengungkapkan, dalam shalat, hati dan seluruh anggota badan menyembah Allah secara bersama.

Dalam shalat pula, Allah memberikan porsi yang lebih sempurna dan lebih besar pada kalbu yang makrifat. Yaitu, hati yang menghadap kepada Tuhan Mahasuci: bahagia dan merasa lezat berada di dekat-Nya, menikmati cinta-Nya, gembira berada di hadapan-Nya, konsentrasi menghamba kepada-Nya, serta berpaling dari sesembahan lain, dan menyempurnakan hak-hak penghambaan secara lahir dan batin hingga mencapai peringkat yang diridhai Allah.

Khusyuk adalah kunci utama merasakan kenikmatan itu. Dan janganlah kita abai mengenalkan khusyuk ini kepada seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak. Apabila kenikmatan khusyuk telah diraih, dijamin seluruh anggota keluarga akan ketagihan dengan shalat.

Bagaimana hasil yang sama-sama kita harapkan dari rangkaian tahapan di atas?




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur