Ilustrasi pernikahan/ Net
Ilustrasi pernikahan/ Net
KOMENTAR

SEORANG gadis memuji kualitas seorang pemuda, ini jelas bukan hal biasa saja. Tentu ada apa-apanya! Sebagai seorang ayah yang peka mata batinnya, Nabi Syua’ib langsung cepat tanggap menawarkan kepada Musa As. agenda yang teramat kemilau, yaitu pernikahan.

Nabi Syu’aib tentunya tidak gegabah, asal ada cowok langung dicomot jadi menantu. Tidaklah demikian!

Nabi Syu’aib seorang insan pilihan Allah Swt., kejelian dirinya dalam menangkap dimensi positif dari seorang pemuda pelarian bernama Musa As. (yang ketika itu belum menjadi nabi, malahan pemuda itu berstatus buronan Raja Fir’aun).

Sebagai ayah yang baik, apakah Nabi Syu’aib mempertaruhkan masa depan putri tercintanya dengan membuat keputusan kilat itu?

Ternyata Nabi Syu’aib mengapresiasi kejujuran Musa yang berstatus buronan dalam kasus pembunuhan (meski Musa As. tidaklah bersalah, ketika itu dirinya dalam rangka membela orang yang tertindas).

Tapi, ayah mana yang sudi mengambil menantu yang berstatus buronan kasus pembunuhan?

Dan Nabi Syu’aib melakukan itu!

Ajaib!

Ceritanya itu, Musa As. melarikan diri dari kejaran pasukan Fir’aun. Tanpa sengaja dirinya telah menyebabkan kematian kaki tangan Fir’aun yang tengah menganiaya rakyat jelata.

Ketika tiba di negeri Madyan, Musa melihat dua gadis yang tidak berdaya tatkala para pria berebutan memberi minum kepada ternak mereka. Kemudian Musa As. tampil membantu hingga semua kambing kedua gadis itu dapat minum yang memuaskan.

Hanya sesingkat itu momen perkenalan Shafura dengan Musa, tidak ada adegan romantis, apalagi hingga pacaran segala. Bagi gadis yang memiliki kejernihan hati, dia dapat menangkap kualitas pria idaman hanya dari perkenalan singkat.

Ini perkara visi!

Namun, pilihan jitu Nabi Syu’aib itu amat terbantu dengan visi ciamik yang ditunjukkan oleh Shafura dalam mendefinisikan kriteria pria idaman.

Sebagaimana yang diabadikan dalam surat Al-Qashash ayat 26, yang artinya, “Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, ‘Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.”

Ahmad Khalil Jam'ah & Syaikh Muhammad bin Yusuf Ad-Dimasyqi dalam buku Istri-Istri Para Nabi (2020: 188) menerangkan, tidak diragukan lagi bahva ucapan shafura dan penyifatannya terhadap Musa adalah ucapan bijak yang menghimpun sejumlah kelebihan, karena jika dua sifat tersebut kuat dan tepercaya, ada pada seorang laki-laki, cita-cita dan maksud dapat direalisir, karena kekuatan membantu orang yang bersangkutan dalam menjaga kambing-kambing sedang sifat teperaya menjaga kekuaatannya, jadi, ia tidak dikhavatirkan berkhianat terhadap apa yang dipercayakan kepadanya.

Intinya, status itu tidak penting, yang paling penting adalah kualitas dirinya.

Mari kita kupas kriteria idaman versi putri Nabi Syu’aib ini:

Pertama, kelebihan fisik

Sebetulnya perkara kelebihan fisik memang sudah jamak menjadi idaman para gadis. Wajar mereka terpesona melihat cowok good looking, six pack dan seterusnya. Boleh-boleh saja sih! Akan tetapi, apakah kriteria macam itu yang menjadi visi Shafura?

Tawaran pernikahan dari Nabi Syu’aib sebetulnya cukup menggentarkan nyali. Karena dibarengi dengan syarat yang berat, Musa As. harus mengembalakan banyak kambing selama 8 hingga 10 tahun.

Bey Arifin dalam bukunya Rangkaian Cerita Dalam Al-Qur’an (1952:163) menyebutkan perkataan Nabi Syu’aib, “Hai Musa, saya mempunyai cita-cita akan menikahkan engkau dengan salah seorang anakku, dengan harapan engkau dapat menjadi teman hidupnya serta dapat menolongku. Bekerjalah engkau di sini mengembalakan kambing delapan tahun lamanya, sebagai maskawin bagi pernikahanmu. Tetapi kalau engkau suka menambah, tambahlah dua tahun lagi, jadi sepuluh tahun lamanya, itu pun terserah kesanggupanmu, saya sendiri tidak akan memberatkan dirimu dan engkau akan mengetahui nanti bahwa aku adalah orang baik-baik, insyaallah.”

Dan Musa As. menerimanya, untuk menerima tantangan berat menggembala bertahun-tahun lamanya di negeri yang asing baginya. Dia mampu mengukur kemampuan fisiknya untuk memikul amanah demikian berat.

Terlebih dahulu, kelebihan Musa As. yang digambarkan oleh Shafura kepada ayahnya. Kuatnya Musa As. tidak tanggung-tanggung! Dia mampu mengangkat batu besar yang menutupi sumur seorang diri saja. Kuat ya!    

Kedua, kelebihan dapat dipercaya




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur