"INILAH cara Tuhan menyadarkan bahwa aku tidak berkuasa untuk mengatur hidupku."
Kata-kata itu diucapkan Denada Elizabeth Anggia Ayu Tambunan alias Denada saat hadir di YouTube channel Melaney Ricardo.
Denada, si penyanyi serba bisa itu, kini lebih dikenal sebagai sosok ibu yang berjuang keras untuk merawat putrinya, Aisha.
Menurut Denada, apa yang terjadi saat ini menyadarkannya tentang kuasa Allah Swt. yang tak terbatas. Bahwa manusia adalah hamba yang hanya mampu berusaha. Dan itulah yang ia lakukan saat ini: menjalani qadarullah sebaik mungkin. Tak ada pilihan untuk menyerah. Ia harus berjuang dan kuat untuk Aisha.
Sejak didiagnosis menderita Acute Lymphocytic Leukimia (ALL) pada tahun 2018, Aisha menjalani pengobatan di National University Hospital, Singapura. Selama satu tahun pertama, si kecil Aisha menjalani kemoterapi intensif.
Denada masih ingat betul bagaimana ketakutan Aisha jika ia tahu hari itu harus pergi ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi. Denada menyemangati putrinya dengan mengatakan bahwa mereka berdua bisa melewatinya bersama-sama.
Setelah prosedur kemoterapi selesai, Aisha memasuki masa maintenance. Tak ada lagi kemoterapi intensif, tapi ia tetap harus rutin mengunjungi dokter untuk pemeriksaan berkala.
Aisha telah tumbuh menjadi anak perempuan cantik berambut panjang. Ia bahkan sudah menjalani PTM di sekolahnya sejak Agustus 2021. Denada memilih sekolah dengan kelas kecil agar guru bisa lebih memperhatikan kondisi Aisha.
Banyak orang berdecak kagum melihat perjuangan Denada merawat putrinya. Terlebih lagi ayah Aisha, Jerry Aurum, saat ini mendekam di penjara akibat kasus narkoba.
Sadar tak bisa menutupi setiap kali Aisha mengeluh mengapa ayahnya semakin jarang berkunjung ke Singapura, Denada akhirnya memberi pemahaman melalui cara unik.
Saat dongeng menjelang tidur, Denada mengisahkan bahwa seseorang yang berbuat kesalahan harus menanggung konsekuensi dari perbuatannya. Perlahan-lahan, Aisha bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya sedang menjalani hukuman karena telah berbuat kesalahan.
Lahir dari keluarga berkecukupan, putri Emilia Contessa dan Rio Tambunan (almarhum) ini tak pernah menyangka akan mengalami masa sulit secara finansial seperti yang dirasakan beberapa tahun terakhir. Terlebih lagi saat pandemi COVID-19 datang dan meniadakan semua pekerjaannya di panggung hiburan.
Demi mendapat pengobatan terbaik untuk Aisha, Denada memilih Singapura. Tentu dengan konsekuensi biaya yang tinggi. Tak hanya untuk pengobatan, tapi juga untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya sekolah Aisha. Namun keputusan itu dianggap yang terbaik untuk perkembangan putrinya. Emilia Contessa bahkan pernah mengatakan bahwa Singapura adalah kota terbaik yang diberikan Allah sebagai jawaban atas doa Denada.
"I'm not a quitter," ujar Denada.
Malam-malamnya dipenuhi sujud kepada Sang Khalik. Memohon dan memohon agar diberikan jalan menuju pintu rezeki. Denada merasakan betul bahwa kehidupan yang ia nikmati saat ini semata karena kasih sayang Allah Swt.
Ia kemudian menjadi instruktur Zumba. Di tengah pandemi, siapa sangka bahwa kelas Zumba mulai marak dilaksanakan secara virtual. Ia menyulap satu kamar kosong di rumah menjadi studio Zumba. Meski diakui pemasukannya jauh berbeda dibandingkan honor di dunia hiburan, ia bersyukur dan memiliki alasan mulia untuk menekuni Zumba.
Berawal dari hobinya mengikuti kelas Zumba di gym dekat rumah, ia tertarik menjadi instruktur Zumba bersertifikat. Denada bahkan didapuk menjadi Zumba brand ambassador untuk Indonesia.
Menurut perempuan kelahiran 19 Desember 1978 itu, Zumba menjadi sebuah 'pelarian positif' saat ia berada di titik yang sangat rendah dalam hidupnya.
"Banyak orang bilang saya adalah ibu yang kuat dan tangguh. Tapi saya tak jarang berada di satu titik yang sangat rendah dan sampai sekarang masih sering menangis di kamar mandi. Saya melihat Zumba dapat memompa kembali semangat saya dan membuat saya selalu sehat. Itu yang menginspirasi saya menjadi instruktur. Tanpa disadari, saya bisa menyemangati banyak orang," ujar Denada.
Untuk membiayai pengobatan dan kehidupannya, Denada sudah menjual mobil, tanah, dan salah satu rumahnya di Jakarta. Namun hebatnya, ia tak mau menerima bantuan dari siapa pun.
Denada bisa saja membuat program penggalangan dana untuk Aisha. Pasti banyak sekali orang yang akan berdonasi. Apalagi ini bukan untuk satu saat saja, tapi untuk waktu yang panjang (mengingat penyakit Aisha). Kenapa ia tidak mau menerima bantuan orang lain?
KOMENTAR ANDA