KOMENTAR

Rindu ke Baitullah mungkin akan tertunda lagi dan lagi, akan tetapi percayalah rintangan ini tidak akan terjadi selamanya. Ibarat air yang mengalir, di mana pun terhadang maka dari situlah air akan langsung mencari alurnya yang lain.     

Ngomong-ngomong, Nabi Muhammad sendiri pernah lho menunda ibadah umrahnya. Akibat hadangan musyrikin Mekah membuat beliau beserta rombongan kaum muslimin kembali lagi ke Madinah.

Sebagian sahabatnya kecewa, tetapi bagi Rasulullah menunda demi kebaikan lebih besar adalah pilihan yang tepat.

M. Shaleh Putuhena dalam buku Historiografi Haji Indonesia (2007: 31) menerangkan, pada 6 Dzulqa’dah/8 Maret 6 H./628M., Nabi Muhammad dengan disertai 1.500 pengikutnya bertolak ke Mekah untuk melaksanakan umrah. Akan tetapi, perjalanan umrah itu terhenti karena dicegah oleh sebagian penduduk Mekah di Hudaibiyah, 9 mil dari Kota Mekah.

Perjanjian itulah yang kemudian populer dengan sebutan perjanjian Hudaibiyah. Di antara isi kesepakatan itu adalah umat Islam belum diperkenankan memasuki Mekah pada tahun itu. Mereka baru diperbolehkan mengunjungi kota suci itu tahun berikutnya selama tiga hari.

Di masa itu tidak ada pandemi, tidak ada pula Omicron yang disebut-sebut lebih dahsyat penularannya.

Namun, Nabi Muhammad punya pertimbangan yang teramat bijaksana, karena dengan menunda akan lebih baik bagi keselamatan banyak manusia, mengalah untuk menang atau menunda demi misi yang lebih besar.

Semoga para jamaah umrah yang berhasil berangkat, sempat berdoa di hadapan Ka’bah agar pandemi ini lekas berakhir. Amin! Kita tidak tahu dari doa mana yang membuat cobaan berat ini akan berakhir.

Boleh jadi itu dari doa jamaah umrah yang banyak-banyak memasang sabar tersebut.
    
 
    




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur