Apabila ada pihak yang tidak terima dengan contoh yang diutarakan ustazah itu, maka sadarilah hal demikian merupakan wajah buruk rupa dari budaya patriarkhi yang masih tersisa di era modern ini.
Maka hendaknya nurani kita terpanggil untuk membersihkan corak pikir yang keliru ini.
Hendaknya, setelah viralnya ceramah ini, perhatian kita lebih tertuju kepada berbagai praktik kekerasan terhadap perempuan yang masih marak. Inilah poin utama yang hendaknya gencar diberantas, terlebih jika KDRT itu dimaklumi oleh perempuan yang sebetulnya adalah korban.
Kita tidak dapat tutup mata atas menyedihkannya angka kasus KDRT, mulai dari yang diketahui publik hingga yang disembunyikan. Inilah fokus kita bersama. Di sinilah energi kita kerahkan untuk mengakhiri derita para korban.
Sejelas-jelasnya ustazah itu menerangkan dalam rangkaian permohonan maafnya, bahwa dia tidak pernah menyetujui KDRT. Cuma, dirinya tergelincir dalam membuat contoh.
Logikanya, ustazah ini juga seorang istri. Tentu dia tidak akan mau mukanya yang manis bonyok jadi sasaran pukulan suami. Ya, begitulah ajaibnya lidah, terkadang kita pun terkaget-kaget dengan ketergelincirannya.
Tersilap lidah itu amatlah manusiawi. Karena selain hati, lidah yang tiada bertulang ini memang termasuk yang tidak gampang dalam pengendaliannya. Tidak mudah konsisten menerapkan prinsip: pikir dulu sebelum bicara, bukan bicara dulu baru pikir.
Kasus ini hanyalah keseleo lidah, maklum lidahkan tidak bertulang. Jadi, sesama makhluk Tuhan yang juga potensial tersilap lidah marilah kita saling memaklumi dan memaafkan. Semoga kelak ketika diri kita yang tergelincir lidah, orang-orang berkenan memaafkan dan Tuhan pun mengampuni.
Untuk ustazah yang lagi bergelora ghirah agamanya, teruslah berdakwah. Jangan sampai hanya karena tergelincir satu kali, malah tidak mau lagi untuk berdiri tegak. Teruslah mendalami ilmu-ilmu agama lalu menyebarkan keindahan Islam.
Sedikit kejutan nih, kabarnya ceramah itu berlangsung dua atu tiga tahun lalu, sudah cukup lama toh (untuk tidak menyebutnya basi)! Lha, mengapa baru sekarang sih dihangat-hangatkan lagi? Ada apa nih, Sis?
Kita berprasangka positif saja, mungkin ini upaya pihak tertentu untuk sejenak meredakan ketegangan masyarakat terkait ledakan Omicron. Ya, cukup lumayanlah memberi jeda dari isu pandemi yang bikin puyeng ini.
Agar lebih besar hikmahnya, kita dapat berkata say no to KDRT! Dan say yes untuk lebih bijak dalam bermedsos.
KOMENTAR ANDA