Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

URUSAN finansial seringkali menjadi masalah yang merongrong keharmonisan rumah tangga. Entah itu karena pemasukan yang dianggap kurang mencukupi maupun ketimpangan pemasukan antara suami istri jika keduanya bekerja. Jika tak bijak menyikapi, rumah tangga bisa berantakan.

Demikian pula dalam urusan meminta uang. Bagi banyak istri, meminta uang pada suami bisa menjadi hal yang menakutkan.

Suami tak jarang memberondong istri dengan sederet pertanyaan: Untuk apa? Uang yang kemarin memangnya sudah habis? Kok, minta uang melulu? Apa tidak bisa ditunda?

Ditambah lagi dengan kalimat: Hemat dong, Bun! Jangan boros! atau Kamu pikir cari uang itu gampang!
Padahal, yang diminta istri adalah untuk memenuhi kebutuhan mendadak.  Lagipula, kalau pun untuk pribadinya, istri juga punya hak untuk dinafkahi.

Karena itulah, saat ini semakin banyak perempuan yang mencoba berdaya secara ekonomi. Entah bekerja sebagai karyawan perusahaan maupun menjadi enterpreneur. Dalilnya utamanya: memiliki uang sendiri, sehingga tidak perlu mengemis meminta uang pada suami—minimal untuk membeli kebutuhan pribadi, sekaligus untuk simpanan jika terjadi sesuatu hal buruk di masa depan.

Sebagai perempuan, terbersit rasa bangga apabila kita bisa memiliki penghasilan sendiri. Itu artinya kita tidak perlu bergantung secara finansial kepada suami.

Ternyata ada satu fakta menarik yang dipaparkan dr. Aisah Dahlan, CHt, CM.NLP, seorang praktisi neuroparenting skill, clinical hypnotherapist, yang juga konsultan penanggulangan & pengobatan narkoba.

dr. Aisah menyodorkan sebuah fakta yang seharusnya membuat para istri tenang dan para suami menyadari hakikat perannya sebagai kepala keluarga.

"Ada penelitian tahun 2010 bahwa otak laki-laki yang menjadi suami senang sekali kalau istrinya minta uang. Camkan baik-baik," ujar dr. Aisah dalam sebuah kajian bersama Fitri Tropica beberapa waktu lalu yang menjadi viral di berbagai platform media sosial.

Penelitian tersebut menurut dr. Aisah adalah penelitian dari UCLA (University of California, Los Angeles) Amerika. Suami senang kalau istri minta uang, karena di otaknya, laki-laki (berkewajiban) menafkahi perempuan.

Meski demikian sambung dr. Aisah, laki-laki tidak memperlihatkan rasa senangnya karena wajahnya yang cenderung terlihat 'datar'.

dr. Aisah mencontohkan pengalaman pribadinya. Sejak menikah tahun 1992 hingga tahun 2010, ia tak pernah meminta uang pada sang suami karena memiliki penghasilan sendiri. Menurutnya itu adalah hal baik; membantu suami, tidak minta uang suami, dan tidak merongrong suami.

Tapi setelah tahu hasil penelitian UCLA tadi, ia pun mencoba berubah. Sesekali ia meminta uang pada suami, terutama untuk keperluan pergi ke luar kota.

"Tapi cara mintanya tidak boleh terlalu dengan suara yang terlalu mandiri. Ada lagi penelitian yang mengatakan bahwa ketika kita sedang berdua dengan suami atau menelepon suami, suara istri seharusnya yang manja," ujar dr. Aisah sambil tersenyum.

Para istri sebaiknya tak perlu malu untuk bersikap manja kepada suami. Bukankah saling bermanja adalah salah satu trik untuk menjaga percikan cinta pasutri agar selalu merekah?

Ya, bagaimanapun juga, komunikasi menjadi kunci penting untuk terciptanya dialog yang sehat dan mesra antara suami istri.

Dalam akun Instagram @draisahdahlan, ia menulis: "Kita perlu mengenal dan mempelajari gaya komunikasi setiap jenis watak seseorang. Sehingga kita dapat mengetahui apa 'pesan' yang disampaikan dan dimaksud oleh orang lain, terutama pasangan dan anak-anak."

Dalam kesempatan berbeda, dr. Aisah juga menulis bahwa "Pasangan dalam rumah tangga ternyata bila wataknya terbalik dengan pasangannya, itulah mitra terbaik. Begitu juga dalam pekerjaan, tentu ada teman kerja yang wataknya terbalik dengan kita, maka itulah mitra terbaik. Yang penting pelajari dan pahami watak masing-masing mitra tersebut agar kita dapati kebaikan yang terbaik darinya."

Jika kita memiliki pasangan yang berbeda watak maupun kebiasaan, resapilah kalimat bijak dr. Aisah di atas.

Watak yang terbalik sekali pun, sejatinya bukan penghalang untuk bisa menyatu dalam sakinah mawaddah warahmah. Komunikasilah yang akan menjembatani dua watak yang terbalik itu. Termasuk dalam menyikapi urusan nafkah materi.

Namun tentu saja, istri pun punya kewajiban untuk cerdas dan jujur dalam mengelola keuangan keluarga. Dengan demikian, suami tak melihat ada alasan untuknya bersikap pelit kepada istri.

Di lubuk hati suami yang terdalam, ketika dia memahami perannya sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk menafkahi istri dan anak-anaknya, sudah pasti hasil penelitian UCLA yang disebutkan dr. Aisah tadi benar adanya.

Memberi uang pada istri adalah sebuah tugas mulia. Yang jika dijalankan dengan ikhlas, akan membawa kebahagiaan bagi seorang suami juga keluarganya.

 




Strategi Cerdas Mengelola Keuangan untuk Gen Z: Bijak, Kreatif, dan Penuh Perencanaan

Sebelumnya

Tips Hemat Memelihara Kucing Peliharaan: Anabul Sehat, Kantong Terjaga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family