Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Sebetulnya, sudah mudah ditebak kalau berbedanya metode perhitungan awal mula Ramadhan akan ada kalanya berujung perbedaan. Di sini pula kita memahami agama Islam, melalui ibadah puasa mengajarkan kita menghargai perbedaan dalam bentuk apapun.

Berbeda bukanlah bencana!

Sebetulnya, perbedaan dalam pemulaan Ramadhan maupun Idul Fitri telah terjadi sejak lama (meski lebih sering terjadi bersamaan sih). Namun, selama ini perbedaan itu tidak menimbulkan perpecahan atau permusuhan, segalanya berlangsung akur-akur saja. Ini pula yang membuktikan kaum muslimin begitu dewasa dalam saling menghargai.

Nah, kalau perbedaan 1 Ramadhan tahun ini ada orang-orang yang tidak menerima lapang dada, apalagi sampai berujung perpecahan, itu artinya orang itu kurang piknik.

Akhirnya, tidak ada yang dapat mencegah perbedaan memulai puasa di hari Sabtu 2 April atau Minggu 3 April 2022. Tapi, mengapa tidak diseragamkan?

Karena Tuhan tidak menginginkan keseragaman itu. Kalau Tuhan tidak menginginkan penyeragaman, siapalah kita yang hendak memaksakan?

Tuhan dapat saja menyeragamkan umat manusia, tetapi Tuhan tidak melakukan itu agar kita belajar hidup harmonis dalam perbedaan. Lihat saja ciptaan Tuhan, semuanya berbeda-beda, bahkan yang kembar pun tidak persis sama.

Jangan sampai karena perbedaan awal berpuasa kita jadi bermusuhan atau menyalahkan, karena apapun yang dipilih boleh-boleh saja, karena semua pihak memakai alasan yang kuat. Di sini agama mengajarkan, tidak ada kebenaran yang tunggal. Apabila kita benar bukan berarti yang lain salah.

Dalam penentuan 1 Ramadhan ini buktinya kita sama-sama benar menjatuhkan pilihan.

Tidakkah kita malu dengan perbedaan awal berpuasa ini?

Jawabannya juga berupa pertanyaan, mengapa harus malu?    

Karena perbedaan itu diperbolehkan oleh agama dan bahkan memberikan hikmah yang besar.

Dalam keseharian kita akan berbeda selera berpakaian, berbeda cara pandang, berbeda rupa, berbeda latar belakang, berbeda partai, berbeda ras dan lain-lain. Melalui ibadah Ramadhan ini kita diajarkan menerima lapang dada segala perbedaan dan menjadikannya harmoni.

Kita tidak benar-benar berbeda, karena toh sama-sama berpuasa. Mari jadikan perbedaan ini sebagai rahmat. Selamat menunaikan ibadah Ramadhan!

 

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur