Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SEBUAH video Zaskia Mecca menceritakan kisah masa kecilnya diunggah sejumlah akun media sosial yang membahas dunia parenting.

Kisah yang diceritakan Zaskia bukan kisah bahagia, melainkan sebuah pengalaman traumatis yang membekas hingga ia menjadi ibu dari lima anak.

Kejadian itu menurut Zaskia ia alami saat duduk di bangku kelas 3 SD. Sang mama menjambak rambutnya  lalu menyeretnya dari ruang tivi ke ruang depan gara-gara ia tidak mau makan. Zaskia kecil pun menangis luar biasa .

Beberapa tahun lalu, Zaskia bertanya apakah sang mama ingat kejadian tersebut. Dan ternyata mamanya tidak ingat  sama sekali .

"Ia (panggilan Zaskia) masih ingat semua kejadiannya, Ia masih ingat rasanya, Ia masih ingat sakitnya, dan Ia masih ingat nangisnya," kata istri Hanung Bramantyo itu.

Mendengar kalimat tersebut, sang mama pun langsung meminta maaf pada Zaskia. Menurut perempuan berhijab yang menekuni usaha di bidang fesyen dan kuliner itu, ia sudah memaafkan sang mama sejak lama. Namun hal itu menjadi pembelajaran untuknya.

"Jangan sampai kita jadi orangtua mengeluarkan marah (dengan berlebihan), (padahal) emosi kita semua pasti hilang paling lama satu jam, tapi luka di anak itu bisa jadi tidak akan hilang sampai ia dewasa," ujar Zaskia.

Di antara kesalahan orangtua yang menyebabkan terbentuknya luka batin seorang anak adalah tidak membiarkan anak berbicara/ mempunyai pendapat sendiri, tidak memberikan waktu untuk anak bermain, melarang anak mengekspresikan emosinya, membiarkan anak terus-menerus dipermalukan, dan tidak memberikan pelukan yang menghangatkan hati.

Inner Child, Jangan Sampai Terluka!

Tentang luka psikologis di masa kecil yang membekas hingga dewasa dan tanpa disadari mempengaruhi kondisi mental seseorang hingga ia dewasa, kita mengenalnya dengan istilah inner child yang terluka.

Inner child sejatinya adalah sifat dan sikap kekanak-kanakan dalam diri seseorang yang terbentuk dari pengalaman pribadinya saat masih anak-anak.

Bisa dikatakan, inner child adalah bagian dari diri kita yang tidak tumbuh dewasa dan tetap menjadi seorang anak. Bagian tersebut menetap dan bersembunyi dalam diri kita. Bagian yang mengenggam erat pengalaman dan emosi yang pernah kita rasakan di masa kecil kita.  Entah itu pengalaman yang indah maupun pengalaman buruk.

Yang berbahaya adalah ketika inner child kita terluka dengan pengalaman traumatis.

Menurut CPTSD (Complex Post-Traumatic Stress Disorder) Foundation, penyebabnya bisa berupa perkataan maupun tindakan dari orang-orang terdekat. Mereka yang seharusnya menjadi pelindung tapi justru menyakiti.

Selanjutnya, kehilangan orang tersayang (orangtua, kakek, nenek, dll), perpecahan keluarga, terkena penyakit berbahaya, menjadi korban bullying, adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan mental atau terlibat penyalahgunaan alkohol dan narkoba, hingga gempa bumi yang menimbulkan trauma bagi anak kecil.

Energi negatif dari pengalaman buruk itu bisa mempengaruhi karakter kita setelah dewasa. Tak hanya berpengaruh pada kekuatan dalam diri tapi juga berpengaruh pada hubungan kita dengan orang lain. Karena itulah amat penting untuk menerima dan mengobati inner child kita yang terluka.

Apa Obatnya?

Ada sejumlah ciri inner child yang terluka.

Di antaranya, cemas saat menghadapi hal baru, perfeksionis atau sebaliknya—selalu merasa ada yang salah dengan diri sendiri, merasa senang memiliki konflik dengan orang lain atau sebaliknya—berusaha menjauhi konflik bagaimana pun caranya, sering kesulitan memulai pekerjaan dan menyelesaikannya, selalu berusaha menyenangkan semua orang, takut ditinggalkan, mudah curiga pada orang lain, hingga malu terhadap tubuh sendiri.

Jika mendapati ada yang salah dengan inner child kita, tak ada yang mampu mengobatinya selain diri kita sendiri. Meski demikian, kita bisa meminta bantuan dari psikolog atau psikiater untuk menggali inner child kita, menemukan bagian yang terluka, lalu menuntun kita untuk menemukan obatnya.

Ada tiga hal yang bisa kita lakukan untuk menyembuhkan luka batin masa kecil kita.

Pertama, menemukan dan memahami penyebab luka traumatis di masa kecil.

Kedua, mendengarkan dengan seksama. Inner child kita ingin didengar dan diperhatikan, maka kita harus bisa berkomunikasi dengannya untuk menyembuhkan lukanya.

Ketiga, berdamai dengan diri sendiri dengan menyayangi diri sepenuh hati.




Masakan Mudah Gosong, Sudahkah Bunda Lakukan 6 Langkah Ini?

Sebelumnya

Tips Menikmati Akhir Pekan ‘Anti-Boring’ Bersama Keluarga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family