Ibu Haryati, pegiat hidroponik sekaligus pendiri Komunitas Wanita Tani (KWT) D'Shafa di Malaka Sari, Jakarta Timur/ Foto: FARAH
Ibu Haryati, pegiat hidroponik sekaligus pendiri Komunitas Wanita Tani (KWT) D'Shafa di Malaka Sari, Jakarta Timur/ Foto: FARAH
KOMENTAR

"SETIAP perempuan sejatinya memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri," ujar Haryati tentang awal dedikasinya menjadi sociopreneur.

Perempuan berusia 42 tahun ini dikenal sebagai pegiat hidroponik sekaligus pendiri Komunitas Wanita Tani (KWT) D'Shafa di Malaka Sari, Jakarta Timur. KWT D'Shafa beranggotakan 10 perempuan yang membawahi sub-sub KWT di wilayah sekitarnya.

Haryati tak menyangka bahwa perjalanan hidup membawanya menjadi coach yang berkesempatan memberi pelatihan hidroponik di berbagai daerah di Jakarta.

Menariknya, Haryati tak hanya memberitahu bagaimana cara menanam tanaman dengan metode hidroponik, tapi juga membuka 'pintu' bagi para petani urban untuk menjual hasil panen mereka.

Lomba Gang Hijau

Kepada Farah.id, Haryati menceritakan awal mula ia menjadi petani kota.

Hingga anak pertamanya menginjak usia sekolah, Haryati adalah seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya disibukkan dengan urusan rumah tangga. Ia mengaku sebagai sosok pendiam yang tak mudah memulai percakapan dengan orang lain.

Suatu ketika, ia melihat peluang usaha di sekolah anaknya. Menurutnya, daripada hanya duduk-duduk menunggu anaknya pulang sekolah, ia bisa berjualan makanan di depan sekolah. Alhamdulillah, ia mendapat izin dari pihak sekolah untuk membuka warung.

Seiring waktu, Haryati terus menambah barang di warungnya untuk memenuhi kebutuhan para siswa. Tak hanya makanan, ia juga menjual alat-alat tulis dan lainnya. Hingga kemudian usaha tersebut harus ia sudahi lantaran kesibukan yang lainnya.

Setelah berpengalaman menjadi pengusaha, Haryati kemudian diajak masuk PKK dengan menjadi jumantik. Ia pun aktif di wilayahnya RT 01 Delima VI.

Namun sebuah lomba terkait lingkungan hidup kemudian mengubah hidupnya.

"Tahun 2018, ada pemberitahuan tentang lomba gang hijau yang diikuti kelompok PKK seluruh Indonesia," kisah Haryati.

Ia kemudian berinisiatif untuk menjadikan gang rumahnya untuk ditanami berbagai tanaman yang tak hanya menghijaukan suasana tapi juga bermanfaat untuk warga.

Mulailah ia mengajak para warga di gang kecil rumahnya untuk menanam di depan rumah mereka, berbagai tanaman obat seperti kunyit, jahe, serai, juga sayur-mayur seperti bayam dan kangkung.

Ia berpikir keras bagaimana agar para warga bisa menanam banyak tanaman di lahan yang sangat terbatas. Membaca tentang hidroponik, Haryati lalu mencoba mempraktikkannya. Alhasil, sepanjang gang dengan lebar hanya satu meter lebih itu, warga menanam berbagai tanaman hijau.

Tak ada yang menyangka, Haryati dan warga di Gang Delima VI kemudian memenangkan juara pertama lomba Gang Hijau tingkat nasional.

Setelah menang, Haryati merasa sayang jika tanaman hidroponik itu tidak dilestarikan, apalagi terbukti tanaman yang ditanam bisa memenuhi kebutuhan konsumsi warga sehari-hari.

Hingga kemudian timbullah ide untuk tak hanya menanam dan mengonsumsi secara pribadi, tapi juga bisa menjadi sumber pendapatan tambahan terutama bagi para ibu rumah tangga.

"Saya berpikir untuk menjual sayur dalam bentuk olahan matang. Salah satunya, plecing kangkung. Saya share di grup RT, hari ini ada panen kangkung dan diolah dalam bentuk plecing dengan harga 10 ribu. Namun warga kemudian malah bertanya, kok hanya plecing kangkung, mana nasi dan lauknya?" kenang Haryati.

Tahun itu juga Haryati mengikuti pelatihan bisnis yang digelar OK OCE, dengan topik seputar packaging, branding, hingga pembuatan logo. Ia memilih spesifikasi katering untuk nasi kotak dan snack box.

"Saya menggunakan nama D' Shafa, yang artinya kesembuhan, terinspirasi dari banyaknya tanaman obat yang kami tanam, saya juga berharap bisa bermanfaat bagi lingkungan," kata Haryati tentang awal mula usahanya di bidang katering.

Dalam perkembangannya, Haryati dan warga juga mengembangkan varian tanaman seperti bunga telang, pakcoy, mint, hingga pegagan. Tak hanya tambulapot (tanaman dalam pot), ia juga menginisiasi budikdamber (budi daya ikan dalam ember).




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women