Ibu Haryati, pegiat hidroponik sekaligus pendiri Komunitas Wanita Tani (KWT) D'Shafa di Malaka Sari, Jakarta Timur/ Foto: FARAH
Ibu Haryati, pegiat hidroponik sekaligus pendiri Komunitas Wanita Tani (KWT) D'Shafa di Malaka Sari, Jakarta Timur/ Foto: FARAH
KOMENTAR

Memperluas usaha kulinernya, Haryati juga membuat aneka keripik menggunakan berbagai tanaman hidroponik, salah satunya adalah keripik pegagan. Daun pegagan diketahui merupakan salah satu tanaman yang sangat kaya antioksidan.

Pun dengan berbagai tanaman obat, Haryati juga membuat aneka jamu dan minuman tradisional lain dari hasil panennya sendiri.

Anugerah dalam Pandemi

Pandemi COVID-19 yang melanda sejak tahun 2020 justru menjadi hikmah indah bagi Haryati dan warga lainnya di wilayah RW 005 Malaka Sari.

Melihat banyak orang terpuruk, para kepala rumah tangga dirumahkan, dan mereka tidak ada kegiatan, Haryati berpikir untuk membuat mereka kembali produktif.

Haryati kemudian meminta izin ke pengurus masjid dekat tempat tinggalnya untuk menjadikan fasum di sana sebagai lahan pertanian kota untuk dikerjakan bapak-bapak yang menganggur di rumah.

Tak hanya menanam dengan sistem hidroponik, mereka juga memperluasnya dengan sistem organik. Ada terong, brokololi, juga cabai yang dijual dalam bentuk polybag (sebelum panen). Hal itu menjadi sebuah siasat untuk mendapat keuntungan yang lebih baik dibandingkan menjual hasil panen.

Dengan memanfaatkan whatsappp group, Haryati membuat jadwal bagi para petani kota di RW-nya, mulai dari menyemai hingga memanen, juga siapa yang bertugas untuk piket menyiram dan membersihkan lahan.

Haryati kemudian fokus pada pemasaran hasil hidroponik dan organik warga. Hal itu penting agar warga tidak kebingungan untuk mencari pembeli. Jangan sampai warga menjadi malas menanam karena tidak tahu harus menjual hasil panen ke mana.

Haryati kemudian bergabung dengan Ikatan Komunitas Hidroponik. Komunitas itu menangani permintaan sayuran di Jakarta. Haryati mencontohkan saat ini kebutuhan kangkung mencapai 80 kilogram per hari.

"Bagaimana agar angka itu bisa terpenuhi, kami—para petani kota saling rembukan. Kami tentukan koordinator wilayah untuk mengaktifkan pelatihan di masyarakat untuk nantinya bisa menanam serentak sesuai jadwal tanam yang sudah dibuat," kata Haryati yang menjadi koordinator wilayah Jakarta Timur.

"Siapa saja dipersilakan menjadi petani kota, bisa menanam sesuai lahan yang dipunya. Besar atau kecil tidak masalah. Misalnya hanya bisa menjual hasil panen kangkung sebanyak 5 kilogram, ya tidak apa-apa. Yang penting warga mau menanam," tambahnya.

Bagi Coach Haryati, mengedukasi dan memberdayakan sesama telah menjelma menjadi sebuah kebahagiaan. Niatnya adalah untuk mengajak sebanyak-banyak orang untuk bisa produktif dan berdaya secara ekonomi. Ketika orang yang dibimbingnya bisa berkembang dan maju, saat itulah Coach Haryati merasa hidupnya telah bermanfaat dalam kebaikan.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women