Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

Nah, teramat terang-benderang apa yang telah diungkapkan di atas, bahwa yang terlarang itu kebencian yang mengakibatkan dipangkasnya hak-hak istri, seperti tidak dipenuhinya hak nafkah, dihalangi hak warisannya atau bahkan diambil lagi mahar atau apapun yang pernah diserahkan suami padanya.

Benar sekali apa yang diungkapkan ayat ini, karena rasa benci itu memang sangat berbahaya, apabila tidak terkendali malah bisa berujung kezaliman. Bayangkan, betapa dahsyatnya cinta kepada istri, kemudian tiba-tiba saja kebencian itu malah membuat suami tega menyakiti, mencelakai atau memasung hak-haknya.  

Dari itulah Ahmad ibn Mustafa Farrān (2007: 70) menguraikan, Allah juga memerintahkan para suami untuk tetap memperlakukan dengan baik istri-istri yang mereka benci, sedang mereka (para istri) tidak melakukan suatu perbuatan keji, yakni dengan memenuhi hak-hak mereka dan menggauli mereka secara baik.

Oke, tapi boleh dong bergaul dengan baik tetapi di hati masih bercokol rasa benci?

Ahmad ibn Mustafa Farrān (2007: 70) menjelaskan, dengan demikian, Dia membolehkan para suami menggauli istri-istri mereka secara baik meskipun didasari rasa ketidaksukaan. Bisa jadi Allah menjadikan kebaikan yang banyak dalam ketidaksukaan tersebut. Kebaikan yang banyak itu berupa pahala kesabaran dan pahala dari menunaikan hak kepada orang yang tidak disukai atau hidup bersamanya dalam masa yang panjang.

Kok bisa dianjurkan berbuat baik pada pihak yang lagi dibenci?

Karena disana tersedia pahala yang berlipat-ganda; pahala kesabaran dan pahala dari amalan baik itu sendiri. Sabar termasuk sifat terpuji, yang jika diamalkan akan membuat posisi kita dimuliakan Ilahi.

Selain itu, segala kebaikan yang diberikan suami terhadap istrinya merupakan amalan baik, yang bernilai tinggi jika ditunaikan.

Akhirnya, sadarilah cinta atau benci itu perkara yang lumrah terjadi, tidak terkecuali dalam hubungan suami istri. Itu hanya perkara hati yang mudah terbolak-balik. Akan tetapi, sadarilah tidak boleh menganiaya, menelantarkan atau menyakiti hanya disebabkan benci, karena itu sama artinya melanggar hak-hak Allah yang ada pada istri.

Dan di lubuk hati lebih dalam lagi perlu dipahami, sangat mungkin pada hal yang dibenci itulah Tuhan menyiapkan kebaikan yang berlimpah. Oleh sebab itu, silahkan membenci atau mencintai, tetapi jangan berlebihan.

Hidup ini banyak rahasianya. Boleh jadi dibalik kebencian itulah terpendam cinta yang lebih besar lagi.




Pantaskah Bagi Allah Anak Perempuan?

Sebelumnya

Betapa Lembutnya Al-Qur’an Menerangkan Surga Adalah Hak Perempuan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tafsir