SALAH satu cita-cita seorang Muslim, adalah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Dari itu, mereka berusaha sekuat tenaga mengupayakan agar bisa memenuhi kewajiban berhaji.
Jauh-jauh hari mereka mendaftar haji agar kelak bisa memenuhi panggilan Tanah Suci. Namun apa daya, banyaknya yang ingin berhaji membuat mereka harus antri.
Awalnya, masa antri hanya tahunan, belakangan menjadi belasan tahun sampai puluhan tahun. Terbaru bahkan nyaris satu abad, sebagaimana tertera dalam estimasi daftar tunggu haji yang bersumber dari laman haji Kemenag.
Tertulis di laman tersebut, daftar tunggu haji untuk Kalimantan Selatan selama 77 tahun, Makassar 84 tahun dan Kabupaten Bantaeng hingga 97 tahun. Tentu saja, ini membuat sesak dada. Bagaimana mungkin mengantri selama itu?
Kalaupun ada penjelasan bahwa perhitungan itu terjadi karena sistem yang otomatis mengikuti pengurangan kuota akibat pandemi covid, yang artinya ketika kuota ditambah, maka masa antri akan berkurang, namun tetap saja masa antri adalah kendala dalam berhaji.
Katakan masa antri sampai tiga puluhan tahunan, bukankah peluang batal haji karena usia yang menua, sakit atau bahkan usia yang tak sampai, boleh jadi hadir?
Melihat situasi tersebut, sebagai Muslim kita tidak boleh putus harapan. Tetap mendaftar adalah bentuk ikhtiar kita untuk memenuhi kewajiban haji.
Kalaupun kita batal berangkat, paling tidak niat berhaji sudah tercatat sebagai amal perbuatan. Insya Allah, pahalanya sama dengan berhaji.
Kemudian sambil menanti daftar tunggu, kita tetap melakukan banyak amal kebaikan. Bersyukur Islam agama yang sangat mengapresiasi kebaikan.
Tak tanggung-tanggung, pada beberapa amalan, pahalanya berupa jaminan masuk surga. Sama seperti ganjarannya ibadah haji. “Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” HR. Bukhari dan Muslim
Alhasil, kalaupun kita tidak bisa berhaji karena kendala daftar tunggu, kita masih bisa mengerjakan amalan yang pahalanya sama dengan pahala ibadah haji. Apa saja?
Umrah di Bulan Ramadhan
Sering disebut haji kecil, ritual umrah sama dengan ritual haji. Bedanya terdapat pada wukuf dan waktu pelaksanaan. Orang yang melaksanakan umrah akan dihapuskan dosanya dari umrah satu ke umrah lainnya.
Namun khusus umrah di Bulan Ramadhan, pahalanya sama dengan berhaji. Suatu ketika Rasulullah pernah bertanya pada seorang perempuan, apa yang menyebabkan ia tidak ikut berhaji.
Perempuan itu menjawab bahwa dirinya memiliki tugas memberi minum pada seekor unta yang ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya.
Menanggapi jawaban perempuan tersebut, Rasulullah bersabda, “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” HR. Bukhari dan Muslim
Memelihara Anak Yatim
Terlahir sebagai anak yatim, membuat Rasulullah sangat memahami rasa tidak memiliki ayah. Ini membuat beliau amat menyayangi anak yatim.
Saking cintanya pada anak yatim, sampai-sampai beliau menjanjikan siapa saja yang memuliakan anak yatim kelak di surga akan berdekatan dengan Beliau laiknya kedekatan jari telunjuk dan jari tengah.
“Aku dan orang yang mengasuh atau memelihara anak yatim akan berada di surga begini”. Lalu beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkannya sedikit.” HR. Bukhari
Mengasuh Anak Perempuan
Diskriminasi terhadap perempuan di masa jahiliyah, membuat Islam memuliakan kaum perempuan. Hal ini terlihat dari cara Islam mengapresiasi perempuan dengan menempatkan surga di telapak kaki ibu.
Posisi perempuan yang ditinggikan Islam, membuat orangtua yang mengasuh anak perempuannya dengan baik, diganjar surga.
Dari Jabir ibn Abdullah, Rasulullah bersabda, "Siapa pun yang memiliki tiga anak perempuan dan dia menampung mereka, menunjukkan belas kasihan kepada mereka, dan mendukung mereka, surga pasti dijamin untuknya.”
KOMENTAR ANDA