Ratu Balqis dan pengikutnya takjub melihat kemegahan istana Nabi Sulaiman yang dalam mimpi saja sulit terbayangkan. Ketika menyambutnya, Nabi Sulaiman menunjukkan sesuatu dan berkata, “Inikah singgasanamu?”
Singgasana itu telah mengalami perubahan yang disengaja oleh Nabi Sulaiman. Akan tetapi Ratu Balqis jelas mengetahui singgasana miliknya, yang membuatnya terheran-heran cara apa yang dipakai Nabi Sulaiman mendatangkannya. Tentulah dirinya raja yang mempunyai kekuatan yang tiada terduga.
Nabi Sulaiman mempersilahkan tamu agungnya, “Masuklah ke dalam istana.”
Ratu Balqis terkesiap melihat kolam yang indah terhampar luas di depan mata. Agar pakaiannya tidak basah, maka Ratu Balqis mengangkat kainnya.
Nabi Sulaiman menerangkan, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.”
Benar saja! Tatkala melangkahkan kaki, sama sekali Ratu Balqis tidak kebasahan sedikit pun. Sulit menemukan kaca demikian berkualitas sehingga mengecoh orang yang melintasinya. Akhirnya, Ratu Balqis menyadari demikian dahsyat kerajaan Nabi Sulaiman tidak terlepas dari keridaan Allah Swt.
Bey Arifin dalam buku Rangkaian Cerita Dalam Al-Qur’an (1952: 254-255) mengungkapkan, dengan kekhilafannya ini, terbukalah hati Ratu Balqis yang selama ini tersesat di dalam gelombang kekayaan dan kekuasaan. Dia telah tersesat dan terkhilaf, sebagaimana kekhilafannya terhadap kaca yang dikiranya air.
Dia insaf dan terbukalah keimanannya sehingga dengan kejadian itu kini dia menyadari akan kesesatannya karena dia mengira bahwa kekayaan itu dapat membahagiakannya, begitu pula kekuasaan di dunia ini adalah kekuasaannya yang paling besar. Baru sekarang dia mengetahui bahwa ada yang mempunyai kekuasaan yang melebihi kekuasaannya.
Kemudian Ratu Balqis mengatakan sesuatu yang melegenda, tercantum pada surat an-Naml ayat 44, yang artinya, “Dia (Balqis) berkata, ‘Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”
Berbagai kejadian menakjubkan bukannya membuat Ratu Balqis kena mental, malahan menjadi suluh penerang baginya dalam menggapai keimanan. Dia mampu melihat sesuatu hakikat di balik keajaiban demi keajaiban yang terbentang di hadapan, yaitu Allah penguasa segalanya.
Sayyid Qutb pada Tafsir Fi Zhilalil Qur`an Jilid 8 (2014: 402) menerangkan, kejutan itu berupa istana dari kristal yang pondasi di atas air, dan tampak seperti kolam air yang besar. Maka ketika, dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam istana”, dia menyangka bahwa dia akan memasuki kolam air yang besar itu. Maka, disingkapkannya kedua betisnya.
Setelah kejutan itu sempurna, barulah Nabi Sulaiman membuka rahasianya, “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.”
Ratu itu berhenti dengan kejutan yang luar biasa di hadapan keajaiban-keajaiban yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Hal itu menunjukkan bahwa telah ditundukkan bagi Sulaiman kekuatan yang terbesar dari kekuatan manusia.
Maka, dia pun kembali kepada Allah dan bermunajat kepadanya dengan mengakui kezaliman dirinya sebelumnya yang telah menyembah selain Allah. Dia mempermaklumkan keislamannya bersama Sulaiman bukan kepada Sulaiman, namun kepada Allah Tuhan sekalian alam.
Keimanan Ratu Balqis kepada Allah semata diikuti oleh segenap rakyatnya, tanpa peperangan mereka malah akhirnya menemukan kebenaran yang sebenarnya. Kebahagiaan hidup dalam naungan iman kian sempurna dengan pernikahan Ratu Balqis dengan Nabi Sulaiman yang diutarakan oleh sebagian riwayat.
Ibnu Katsir dalam buku Kisah Para Nabi (2017: 668) menyatakan, Ats-Tsa’labi menyebutkan suatu riwayat bahwa setelah Sulaiman menikahi Balqis, beliau mengakui keberadaan Balqis sebagai ratu di Yaman. Beliau mengirimnya kembali ke Yaman dan beliau mengunjunginya sebulan sekali dan menetap di sana selama tiga hari. Setelah itu, beliau kembali ke istananya (di Baitul Maqdis). Selanjutnya, Sulaiman memerintahkan jin untuk membangun tiga istana di Yaman yang bernama: Ghamdan, Salahin dan Baitun.
Ratu Balqis adalah suri teladan sebagai perempuan yang rasional dan tidak emosional. Sehingga dirinya mampu membaca tanda-tanda kebenaran Ilahiah dengan menghentikan penyembahan matahari kemudian kaumnya menjadi penyembah Allah semata. Dengan begitu, sang ratu telah menyelamatkan dirinya dan seluruh rakyatnya dari kejamnya peperangan dan membimbing negaranya kepada Tuhan yang sebenarnya.
Betapa agungnya kitab suci yang menceritakan perihal pemimpin perempuan di sebuah negara, yang menunjukkan kearifannya dalam membaca tanda-tanda kebenaran. Ratu Balqis adalah pemimpin sejati yang meneguhkan diri di jalan iman.
KOMENTAR ANDA