Sedangkan dalam pembuatan tape, wanita berlogat Betawi kental tersebut menjelaskan bahwa dalam sekali pembuatan tape, ia menghabiskan 5 liter beras ketan.
“Kalau bikin tape, sekali proses memakai 5 liter beras ketan. Prosesnya sama, berasnya direndam dulu semalaman. Tapi untuk membuat tape, berasnya enggak diaron, tapi langsung dikukus, lalu didinginin baru dikasih ragi. Lalu ditutup selama 3 hari, ditunggu sampai tapenya jadi. Proses pembuatannya pun harus bersih agar hasil tapenya bagus dan manis,” ujar Mpok Emi.
Proses yang rumit serta hati-hati yang dilakukan oleh Mpok Emi, membuat ulinya dapat bertahan selama 3-5 hari pada suhu ruang. Sedangkan tapenya tahan berbulan-bulan di dalam kulkas.
Bermodalkan Konsisten
Dalam mengembangkan usahanya, Mpok Emi berprinsip konsisten dalam memenuhi pesanannya. Ia ingin pelanggannya puas dan setia dengan tape uli buatannya.
Usahanya banyak ditiru oleh tetangga di sekitarnya, bahkan Mpok Emi tidak segan berbagi ilmu bila ada yang bertanya resep kepadanya.
Namun usaha para tetangganya tersebut tidak bertahan lama. Proses yang panjang dan melelahkan itu membuat mereka tidak meneruskan membuat tape uli.
“Banyak yang tetangga yang nyoba bikin tape uli, tapi gak bertahan lama. Mungkin karena cape kali bikinnya, prosesnya panjang. Banyak yang akhirnya berhenti dan tutup. Biasanya pada gak nahan numbuknya. Saya aja numbuk sendiri, abis gak ada yang mau diupahin numbuk, katanya kalo abis numbuk uli tangannya pada sakit,” cerita Mpok Emi.
Hal lain yang membuatnya bertahan dengan bisnisnya adalah ia merasa senang dan bangga karena bisa memperoleh penghasilan sendiri dari usahanya.
“Resep (senang) dapet duit,” ujarnya sambil tersenyum.
Sambil mengakhiri perbincangan, Mpok Emi berharap usahanya bisa terus berjalan, selain menjadi jalan rezeki untuk diri dan keluarganya, Tape Uli Mpok Emi bisa membantu perekonomian masyarakat sekitar dengan cara berjualan tape uli buatannya.
Ada yang tertarik mencoba kelezatan Tape Uli Mpok Emi?
KOMENTAR ANDA