Perjuangan Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan) tak berhenti meski sang suami wafat di tahun 1923. Ia terus berupaya memajukan dunia pendidikan yang setara bagi semua anak bangsa/ Net
Perjuangan Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan) tak berhenti meski sang suami wafat di tahun 1923. Ia terus berupaya memajukan dunia pendidikan yang setara bagi semua anak bangsa/ Net
KOMENTAR

MERDEKA adalah harga mati!

Sejatinya, kesadaran itu sudah terukir di hati banyak pemuda pemudi Nusantara. Mereka ingin merdeka dari belenggu penjajahan yang berabad-abad menggerogoti kedaulatan bangsa.

Ada banyak perempuan turut andil dalam perjuangan membela kemerdekaan. Mereka memiliki pemikiran maju, menginginkan rakyat Indonesia dapat hidup sejahtera, dan menjadi tuan di negeri sendiri.

Di antara para pahlawan perempuan, ada tiga perempuan berhijab yang tak gentar melawan penjajah.

Dihimpun dari berbagai sumber, inilah tiga sosok pahlawan perempuan berhijab asal Sumatra, Jawa, dan Sulawesi yang wajib menjadi inspirasi—terutama bagi para Muslimah Indonesia.

Opu Daeng Risadju

Pemilik nama asli Famajjah ini lahir di Palopo, Sulawesi Selatan pada tahun 1880. Sebagai anggota Kerajaan Luwu, ia mendapat gelar kebangsawanan yaitu Opu Daeng Risadju.

Meski terlahir di keluarga bangsawan, Opu Daeng Risadju tidak pernah mendapat pendidikan formal.

Namun ia dididik keras dengan ajaran moral yang berpedoman pada agama dan budaya. Ia pun menguasai sejumlah ilmu agama Islam.

Ia kemudian menikah dengan H. Muhammad Daud, ulama yang pernah menetap di Mekkah yang kemudian diangkat menjadi imam masjid istana Kerajaan Luwu.

Aktif dalam organisasi PSII (Partai Syarekat Islam Indonesia), Opu Daeng Risadju mendirikan cabang PSII Palopo di tahun 1930. Kegiatan PSII sempat tersendat saat Jepang berkuasa di bumi Nusantara.

Perempuan tangguh tersebut juga aktif dalam revolusi Luwu ketika NICA berusaha menjajah kembali Nusantara. Ia membakar semangat para pemuda agar berani melawan pasukan Belanda. Meski usianya tak lagi muda, semangatnya tetap membara.

Merasa 'gerah' dengan sepak terjang Opu Daeng Risadju, NICA memburunya bahkan menjanjikan imbalan bagi siapa pun yang berhasil menangkap perempuan tersebut. Setelah beberapa waktu, NICA menangkapnya dan menyiksanya di ruang bawah tanah hingga ia tuli.

Opu Daeng Risadju meninggal dunia di usia 84 tahun dan dimakamkan di tanah pemakaman raja-raja Lokkoe di tanah kelahirannya.

Siti Walidah

Mengutip buku Siti Walidah: Ibu Bangsa Indonesia, sosok perempuan ini lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan yang juga mendapat julukan Ibu Bangsa. Siti Walidah adalah istri KH Ahmad Dahlan.

Lahir di Yogyakarta tahun 1872, Siti Walidah remaja menentang diskriminasi gender yang hanya membolehkan laki-laki mengenyam pendidikan formal dan anggapan bahwa menuntut ilmu di sekolah Belanda berarti melanggar ajaran Islam.

Ibu enam anak itu kemudian ikut berperan dalam terbentuknya Muhammadiyah yang digagas sang suami di tahun 1912. Ia mengusahakan pendidikan bagi kaum perempuan, dengan mendirikan asrama dan memberi pengajaran pada mereka.

Salah satu pesan Siti Walidah yang sangat dikenang adalah "perempuan tak boleh memiliki jiwa kerdil, tapi harus berjiwa srikandi".

Perjuangan Nyai Ahmad Dahlan tak berhenti meski sang suami wafat di tahun 1923. Ia terus berupaya memajukan dunia pendidikan yang setara bagi semua anak bangsa.

Atas perjuangannya, pemerintah menetapkan Nyai Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1971.

H. R. Rasuna Said

Dari pulau Sumatra, ada nama Hajjah Rangkayo Rasuna Said asal Minang yang dikenal sebagai tokoh perempuan. Namanya bahkan diabadikan menjadi salah satu nama jalan utama di ibu kota Jakarta.

Lahir di Agam, Sumatra Barat pada 14 September 1910 dari ayah seorang saudagar sekaligus aktivis bernama Muhammad Said.




Perempuan Melek Literasi Keuangan Berperan Besar dalam Membangun Ekonomi Keluarga dan Negara

Sebelumnya

Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women