Wiwied Taher-wardrobe: Tiffany Kenanga MADE FOR YOU/ FARAH
Wiwied Taher-wardrobe: Tiffany Kenanga MADE FOR YOU/ FARAH
KOMENTAR

"Kita menghadapi era baru dalam berbisnis, juga mekanisme baru yang memberi kesempatan pada lebih banyak perempuan untuk jadi womanpreneur," kata Wiwied.

"Optimalisasi teknologi digital saat ini memungkinkan perempuan untuk bisa mengaktualisasikan diri dengan lebih efektif dan efisien. Jika dulu waktunya terbatas karena harus memperhatikan dua tempat yaitu rumah dan kantor, teknologi saat ini memungkinkan perempuan untuk bisa berkantor dari rumah. Mereka bisa merintis bisnis atau mengembangkan karirnya tanpa kehilangan waktu bersama keluarga," tambah perempuan yang pernah aktif di Remaja Islam Masjid Sunda Kelapa (RISKA) selama 13 tahun dan saat ini masih aktif berkontribusi terhadap kegiatan sosial melalui bidang pendidikan Anak & Remaja bekerja sama dengan ISCO Foundation dan Yayasan V4Future.

Wiwied menjabarkan salah satu hikmah pandemi adalah memaksa digitalisasi terelaborasi dengan lebih cepat. Pandemi menjadi trigger sekaligus motivasi yang mendorong masyarakat memanfaatkan media sosial sebagai business tools yang mudah diakses.

"Perlu diingat, ke depannya kita tidak lagi bersaing dengan sesama anak bangsa tapi juga bersaing dengan masyarakat global, “The World become BORDERLESS”, Persaingan di bidang digital business ini artinya menunjukan persaingan pasar dalam konteks WORLD MARKET, di satu sisi ini menjadi ancaman bagi para pebisnis lokal terutama bagi para pelaku UKM seperti saya, tapi di sisi lain ini juga menjadi tantangan yang menjanjikan peluang bisnis yang lebih cerah," ujar Wiwied.

Lantas bagaimana agar perempuan bisa bertahan dan mengembangkan diri dengan baik?

"Perempuan harus bisa upgrade, upskill, dan escalating. Lakukan yang terbaik. Namun untuk memulainya, kita mesti memahami siapa diri kita dan kelemahan diri kita baik secara personal maupun profesional, membangun self awareness, self reliances & self growth . Setelah itu barulah kita mengukur aspek eksternal salah satunya aspek kompetitor sehingga kita mampu untuk membuat strategi pengembangan diri dan pengembangan bisnis yang tepat," papar Wiwied.

Hijab sebagai identitas yang memuliakan

Menjadi seorang konsultan bisnis berhijab yang kerap berinteraksi dengan warga asing justru membuat Wiwied semakin teguh dalam Islam.

"Saya tidak minder berhijab tapi juga tidak terbawa arus zaman. Saya punya sikap tegas untuk menjaga batasan (dalam pergaulan), tapi tetap tampil menarik, cerdas dan profesional," ujarnya.

Menjadi narasumber pembekalan Working Holiday Universitas Binawan bersama Girte Nissen/ FARAH

"Seorang Muslim seharusnya mampu 'blended' dengan lingkungannya untuk memperlihatkan keindahan Islam. Luwes bergaul bukan berarti permisif dan terbawa arus," tegas Wiwied.

Dari pengalamannya dalam merepresentasikan dirinya, Wiwied melihat bahwa orang-orang non-Muslim justru menghargai keyakinannya terhadap Islam. Mereka salut dan menghormati penampilan serta integritas sikap pribadinya.

Lantas bagaimana Wiwied memaksimalkan me time di tengah kesibukan yang menggila?

Wiwied mengaku waktu me time-nya justru lebih banyak dihabiskan bersama keluarga. Baginya, me time tak melulu harus sendiri. Kebersamaan dengan keluarga dirasanya ampuh untuk me-recharge diri.

"Tapi 'me time' yang sesungguhnya adalah shalat, terutama di sepertiga malam saat Tahajud. Itulah waktu yang sangat personal bagi saya," pungkas Wiwied. 




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women