Keterlaluan sekali mereka yang terus menantang kebesaran Tuhan, yang meragukan kebenaran risalah Islam. Dan apa yang mereka tantang itu terjadi juga pada Abu Jahal. Saat dirinya hendak mencelakai Rasulullah, malaikat menjelma berupa unta yang mengerikan dan siap melumat dirinya.
Sayangnya, lagi dan lagi kesadaran untuk beriman belum juga terbit di hati mereka. Abu Jahal sekalipun yang telah terkena teguran langsung malah meningkatkan kebencian dan kejahatan kepada Rasulullah.
Namun, lagi-lagi Nabi Muhammad tidak tergoyahkan. Kekejian macam apapun tidak membuat Rasulullah mundur setapakpun. Pihak musyrikin tercengang menyaksikan barisan muslimin semakin solid.
Perlahan tapi pasti pengikut agama Islam terus bertambah. Dan yang paling menyakitkan mereka, tokoh-tokoh penting seperti Hamzah bin Abdul Muthalib, Umar bin Khattab dan lain-lain juga telah memeluk agama tauhid.
Demi meredam pesatnya agama Islam, kembali pemuka Quraisy merancang jalan tengah, dengan mengajukan kompromi terkait keyakinan.
Hamka pada Tafsir al-Azhar Juz Amma (2020: 309) menerangkan:
Maka bermufakatlah pemuka-pemuka Quraisy hendak menemui Nabi. Mereka bermaksud hendak mencari damai. Yang mendatangi Nabi itu menurut riwayat Ibnu Ishaq dan Said bin Mina ialah Walid bin Mughirah, Ash bin Wali, Aswad bin Muthalib, dan Umaiyah bin Khalaf.
Mereka kemukakan suatu usul damai, “Ya Muhammad! Mari kita berdamai. Kami bersedia menyembah apa yang engkau sembah, tetapi engkau pun hendaknya bersedia pula menyembah apa yang kami sembah. Dalam segala urusan di negeri kita ini, engkau turut serta bersama kami.”
“Kalau seruan yang engkau bawa ini memang ada baiknya daripada apa yang ada pada kami, supaya turutlah kami merasakannya bersama engkau. Dan jika pegangan kami ini yang lebih benar daripada apa yang engkau serukan itu, maka engkau pun turut bersama kami merasakannya dengan kami. Kita sama-sama mengambil bagian padanya.”
Tidak berapa lama setelah mereka mengemukakan usul ini, turunlah ayat ini, yang artinya, "Katakanlah, hai orang-orang kafir! Aku tidaklah menyembah apa yang kamu sembah." (QS. Al-Kafirun ayat 2)
Artinya persembahan kita ini sekali-kali tidak dapat diperdamaikan atau digabungkan. Karena yang aku sembah hanya Allah, sedangkan kalian menyembah benda, semacam kayu atau batu yang kamu buat sendiri.
Soal akidah, di antara tauhid mengesakan Allah, sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan atau dicampuradukkan dengan syirik. Tauhid kalau telah didamaikan dengan syirik, artinya ialah kemenangan syirik.
Perkongsian iman yang diajukan pihak Quraisy sebagai jalan damai langsung dibantah Allah Swt. melalui wahyu suci-Nya. Ini sudah menyangkut hal yang paling prinsip, yakni akidah. Perkongsian iman yang mereka ajukan tidak lebih hanyalah memenangkan ajaran kemusyrikan. Padahal syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni Allah.
Cara pemuka Quraisy menjungkirbalikkan logika tidak berhasil sama sekali. Nabi Muhammad dijaga oleh Allah supaya tidak tergelincir oleh tipu muslihat yang rendah. Berikutnya Rasulullah berpikir keras menyelamatkan kaum muslimin disebabkan makin meningkatnya kekajaman pihak musyrikin.
KOMENTAR ANDA