KOMENTAR

Para perempuan yang kebetulan bersuamikan ustaz, kyai, ulama dan sebagainya tidaklah dapat tenang-tenang saja, karena sekalipun suaminya mempunyai pengetahuan agama yang luas, bukan berarti sudah terjamin masa depannya di akhirat.

Perkara surga atau neraka tidak ada wasilah atau perantara, tidak ada hubungannya pula dengan kesalehan suami, melainkan tanggung jawab setiap pribadi segala perbuatannya di hadapan Tuhannya.

Cukuplah istri Nuh dan istri Luth dijadian iktibar, kurang apalagi anugerah yang dipunyai mereka dengan memiliki suami seorang nabi. Akan tetapi keduanya mendapat azab di dunia dan mendapat ganjaran neraka di akhirat disebabkan mendurhakai Allah Swt.

Sekali lagi perlu ditegaskan, tidak perlu menunggu balasan di akhirat, karena azab itu nyata di dunia.

Dengan amat mengesankan, azab yang pedih menimpa perempuan tersebut diceritakan oleh lbnu Qayyim AI-Jauziyyah dalam bukunya yang fenomenal Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu (2020: 327):

Tatkala para malaikat melihat keadaan Luth karena kedatangan mereka itu, maka mereka berkata, “Wahai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Rabb-mu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu. Sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikutmu di akhir malam, dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka.”

Menurut Mujahid, Jibril turun dan memayungkan sayapnya di atas kota-kota kaum Luth, lalu dipukulkan kepada mereka, hingga para penghuni langit mendengar lolongan anjing mereka dan kokok ayam mereka. Kemudian Jibril membalikkan tanah, yang atas menjadi di bawah, kemudian dihujani dengan batu.

Setiap kita hendaknya mencerna dengan baik paparan di atas, sebab tidak perlu menunggu mahkamah akhirat, Allah dapat dengan mudah menjatuhkan azab-Nya yang pedih di dunia. Tidak ada pengecualian sama sekali, karena perempuan yang tidak beriman, yang mengkhianati agama, niscaya juga bisa ditimpakan azab tersebut.

Suatu rahasia besar yang tergambar dari ungkapan berikut ini:

Syaikh Muhammad Uwais An-Nadwy dalam Tafsir Ibnu Qayyim Tafsir Ayat-Ayat Pilihan (2022: 147) mengungkapkan:

Karena istri Nuh dan Luth merupakan dua perempuan musyrik, maka digunakan lafazh al-mar’ah bagi mereka. Sementara untuk istri Adam, Nabi saw., dan orang-orang mukmin digunakan kata zauj.

Al-Qur’an menyebut istri Nuh dan istri Luth sebagai perempuan (al-mar’ah) bukan menegaskannya sebagai pasangan (zauj), karena keduanya jelas-jelas ingkar kepada Allah dan Nabi-nabi-Nya, dan tidaklah pantas disebut sebagai pasangan hidup.

Artinya, apabila istri Anda atau suami Anda ingkar kepada Allah Swt., maka sadarilah dirinya bukanlah pasangan sejati, bukan soulmate Anda. (F)




Pantaskah Bagi Allah Anak Perempuan?

Sebelumnya

Betapa Lembutnya Al-Qur’an Menerangkan Surga Adalah Hak Perempuan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tafsir