Raja Najasyi mengatakan, “Sungguh ayat-ayat ini dan wahyu yang dibawa oleh Isa berasal dari cahaya yang sama.”
Selanjutnya, ia berpaling ke arah para utusan Quraisy dan berkata, “Pergilah kalian! Sungguh aku tidak akan menyerahkan para Muhajirin ini kepada kalian. Hal itu tidak akan terjadi.”
Pengetahuannya yang mendalam terkait agama-agama samawi yang disampaikan oleh nabi-nabi terdahulu membuat Raja Najasyi lekas memahami penjelasan Ja’far tentang kebenaran Islam. Dia dengan tegas menolak semua hadiah dan memerintahkan utusan Quraisy itu pergi dari hadapannya.
Maka legalah hati kaum Muhajirin, sebab mereka selamat dari tipu daya pihak musyrikin Quraisy dan semakin memperoleh perlindungan di benua Afrika. Tidak salah Nabi Muhammad saw. menganjurkan hijrah ke Habasyah, selain memperoleh perlindungan kaum muslimi juga memperoleh pengalaman berharga dalam berdiplomasi.
Hijrah ke Habsyah ini semakin membuahkan hasil yang cemerlang tatkala cahaya iman bertakhta di hati sang raja. Dengan demikian, semakin terbukti hikmah-hikmah kebenaran di balik arahan Nabi Muhammad dalam rangka berhijrah ke Habasyah.
Ahzami Samiun Jazuli pada buku Hijrah dalam Pandangan Al-Quran (2006: 220) menjelaskan:
Hijrah menghasilkan sesuatu yang tidak sederhana yaitu Islamnya Najasyi. Ini tampak jelas dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad Hanbal dari Ibnu Mas’ud yang mengatakan sesungguhnya Najasyi berkata kepada Ja’far bin Abi Thalib setelah terjadi dialog di antara mereka, “Selamat datang untukmu dan untuknya yang telah menyampaikan kalian di sini. Aku bersaksi bahwa sesungguhnya dia utusan Allah dan sesungguhnya dialah yang disebutkan dalam Injil. Sesungguhnya dialah Rasul yang dikabarkan oleh Isa bin Maryam.”
Tentunya Nabi Muhammad punya analisa yang matang sebelum mengirimkan kaum muslimin berhijrah ke Habasyah, menyeberangi lautan menuju benua Afrika. Beliau punya perhitungan akurat perihal perlindungan yang akan diberikan oleh raja di sana, dan sekaligus peluang sehingga Raja Najasyi pun memeluk agama Islam.
Lagi-lagi Ummu Salamah yang mengisahkan kejadian diplomasi yang dramatis ini, yang dengan apik perempuan itu menangkap raut wajah nan masam dari dua utusan Quraisy yang gagal total. Ummu Salamah yang turut berjuang di negeri hijrah tersebut menemukan keyakinan iman yang dipilihnya. Muslimah yang kian matang di negeri rantau itu menatap tegar kegagalan upaya musyrikin Quraisy.
KOMENTAR ANDA