Beliau menjawab, “Aku ingin agar mereka mengucapkan satu kalimat yang menyebabkan mereka beragama, sedang orang-orang yang keras hatinya harus membayar jizyah.”
Abu Thalib berkata, “Satu kalimat?”
Beliau menjawab, “Ya.”
Abu Thalib bertanya, “Apakah kalimat itu?”
Beliau menjawab, “Laa ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah).”
Mereka berkata, “Satu Tuhan saja, sungguh ini merupakan sesuatu yang mengherankan.” Maka turunlah berkenaan dengan mereka firman Allah.
Sayyid Quthb pada kitab Tafsir Fii Zhilalil Qur’an (2004: 34) menjelaskan sikap Quraisy yang menolak satu Tuhan saja, ia mencerminkan ketakjuban, perasaan aneh dan keterkejutan yang dirasakan oleh para pembesar musyrikin di Mekah terhadap dakwah Nabi Saw. kepada mereka agar mentauhidkan Allah, memberitahukan mereka tentang kisah wahyu dan dipilihnya seorang Rasul dari sisi Allah.
Padahal, keheranan mereka itu hanyalah taktik belaka untuk menggoyahkan pendirian Nabi Muhammad. Karena, pada dasarnya mereka pun sudah mengetahui agama-agama samawi terdahulu selalu mengajarkan tauhid, hanya satu Tuhan Yang Maha Esa.
Hanya saja taktik kaum musyrikin kembali gagal, kompromi yang mereka ajukan tidak mampu menggoyahkan prinsip tauhid. Karena dari dasar inilah perjuangan dakwah Rasulullah menemukan energi terdahsyatnya.
KOMENTAR ANDA