Pertemanan atau persahabatan jangan sampai merusak hubungan suami istri yang telah diridhai Allah Swt/Net
Pertemanan atau persahabatan jangan sampai merusak hubungan suami istri yang telah diridhai Allah Swt/Net
KOMENTAR

ADEGAN yang demikian manis berulang lagi di pagi ceria. Di pagar rumah, istri tersenyum simpul melambaikan tangan, melepas keberangkatan suaminya berjuang di medan nafkah. Kemudian, pagar ditutup dan wanita tersebut kembali ke dalam rumah.

Di sana telah menanti seorang pria yang tak kalah manis senyumannya. Bersama lelaki bukan muhrimnya itu terjadilah dialog panjang, diselingi senda gurau. Perempuan itu asyik bercengkerama.

Jika tidak ada agenda keluar, dua insan itu kadang menggelar kegiatan masak bersama. Apakah suaminya tidak cemburu atau bahkan marah?

Ternyata, tidak! Bahkan segalanya terjadi dalam bingkai keridaan sang suami yang dapat memaklumi sebab berlandaskan prinsip, pernikahan jangan sampai memutuskan hubungan pertemanan. Ini jelas prinsip yang menawan hati.

Lagipula, sang suami berusaha berempati kepada istrinya yang dirundung kesepian. Dirinya sudah lama kehilangan pekerjaan, dan mereka belum juga dikaruniai anak. Syukurlah ada teman baik yang menemani hari-hari nan sepi.

Tidak hanya sekadar masak bersama, sering pula dua insan itu pergi berpetualang menyalurkan hobi fotografi, dan lagi-lagi suaminya tidak mempermasalahkan.

Tetangga ada juga yang mencoba secara hati-hati membicarakan fakta yang demikian ganjil menurut pandangannya, namun suami istri itu malah tertawa. Keduanya memaklumi, tetangga itu hanyalah seorang tua yang tidak paham pergaulan modern.

Ada betulnya prinsip sang suami, bahwa pernikahan jangan sampai memutus hubungan pertemanan. Ini menunjukan kedewasaan pemikiran dan juga keteguhan hati memelihara hubungan silaturahmi. Lagipula, tidak ada larangan dalam Islam terkait pertemanan antara laki-laki dengan perempuan.

Tetapi, bukan berarti tidak ada yang perlu dikritisi dari kisah nyata di atas. Ada beberapa poin yang sebaiknya dibahas kembali.

Khalwat merupakan pintu masuk setan

Pagar makan tanaman itu biasa, tapi tanaman makan pagar itu luar biasa.

Teman makan teman pun dapat pula terjadi, salah satunya disebabkan khalwat atau berdua-duaannya lelaki dan perempuan non-mahram. Apabila pria dan wanita sudah berduaan, yang ketiganya adalah setan. Tatkala setan sudah ikut campur, maka yang berikutnya hanyalah dosa dan petaka.

Badawi Mahmud Asy-Syaikh dalam buku Riyadhus Shalihat (Hadits Wanita) (2004: 189) menerangkan: Islam juga berusaha dengan segala cara untuk menghalang-halangi khalwat antara laki-laki dengan perempuan, demi menghindari keterjerumusan pada lubang keharaman dan memotong kemungkinan syubhat (suara-suara sumbang).

Islam mensyaratkan kehadiran sumai atau mahram jika seorang perempuan hendak menerima tamu dan mengizinkannya masuk. Islam juga mengetatkan larangan khalwat ketika hal itu semakin memungkinkan dan mudah direalisasikan tanpa takut cela masyarakat, misalnya berkhalwat dengan ipar, saudara, dan kerabat suaminya.

Dalam pola hubungan lawan jenis, Islam sangat mewanti-wanti bahaya khalwat. Dari itu, hindarilah berduaan dengan non-mahram, karena di sana terdapat banyak jebakan setan. Sangat sulit mengendalikan diri, jika dua insan berlainan jenis hanya berdua dalam sepi sunyi.

Temanmu adalah temanku juga

Menjadikan teman istri juga menjadi teman bagi suami atau sebaliknya, merupakan opsi yang banyak memberikan manfaat. Karena cara ini akan menghindarkan dari berbagai praduga atau prasangka, serta dapat pula saling memberi masukan dalam pola pertemanan.

Syaikh Salim dalam kitab Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 2 (2005: 62) menceritakan: Dari Asiyah, dia bercerita, “Jika beliau menyembelih kambing, maka beliau memberikan kepada teman-teman dekat Khadijah secukup mereka.”

Dalam riwayat lain, Asiyah berkata, Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, pernah meminta izin kepada Rasulullah, maka beliau teringat cara Khadijah meminta izin, maka beliau pun terharu dan bersabda, “Ya, Allah, ini adalah Halah binti Khuwailid.”

Begitulah kebajikan yang diteladankan oleh Rasulullah, teman-teman Khadijah juga menjadi teman beliau. Nabi Muhammad memberikan dukungan atas hubungan persahabatan yang dijalin istrinya. Bahkan kematian istrinya tidak membuat hubungan pertemanan itu berakhir. Rasulullah tetap melanjutkan kebajikan demi hubungan silaturahmi itu.

Syaikh Salim (2005: 63) menegaskan: Orang muslim sepatutnya selalu memelihara janji istri, sahabat, dan teman-teman bergaulnya, serta mempertahankan rasa cintanya, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dengan selalu mengingat dan memuji semua kebaikannya dan memuliakan orang-orang yang dikenalnya.

Dengan adanya pertemanan seperti ini, suami istri akan terhindar dari kecurigaan ataupun kecemburuan.

Pentingnya pertemanan dibingkai kebenaran

Lalu, bagaimana kalau memang ada urusan yang benar-benar penting di antara lelaki dan perempuan? Apa yang perlu dilakukan supaya tidak terjadi hal-hal yang dilarang agama semacam khalwat?




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur