Begitulah indahnya suatu pelajaran disampaikan Al-Qur’an, bahwa ketika dilanda kehampaan hati maka segeralah mengisinya dengan keimanan. Sebagaimana Ibu Musa yang dilanda kekosongan hati, hampir saja dirinya melakukan tindakan berbahaya. Karena menyerahkan bayi laki-laki kepada Fir’aun sama saja mengantarkan bayinya ke hadapan kilatan mata pedang. Fir’aun yang keji tidak akan punya rasa kasihan secuil pun.
Tak terbayangkan beratnya ujian kehampaan hati Ibu Musa, sehingga Allah menurunkan bisikan ilham bahwa putranya itu akan dikembalikan lagi ke pangkuannya, bahkan bayi itulah yang akan menjadi nabi.
Petunjuk ilham itu ditampung oleh wadah keimanan di dalam hatinya, sehingga Ibu Musa mengurungkan niat menyerahkan bayinya kepada Fir’aun, sebab sikap konyol itu hanya berpangkal dari kelemahan hati.
Sang ibu memilih untuk memegang teguh janji Allah, kelak putranya yang sedang hanyut di sungai Nil itu akan dikembalikan selamat kepadanya. Bagaimana caranya, hanya Allah yang tahu yang terbaik bagi hamba-Nya.
KOMENTAR ANDA