Nabi saw. bersabda, “Janganlah engkau menyangka bahwa aku ini sendirian bersama engkau, tetapi sesungguhnya Allah selalu beserta kita, selamanya Ia akan melindungi kita.”
Para algojo itu pun pergi mencari ke arah lain, mereka menjauh dari tempat buruan sedang menyelamatkan diri berkat lindungan Allah. Andai mereka mau melihat ke dalam gua lebih cermat tentu kejadiannya bisa berbeda.
Kematangan strategi juga dibuktikan Rasulullah dengan jauh-jauh hari merancang berbagai upaya. Sehingga keberadaan di gua Tsur tidak membuat dirinya terputus dari informasi dan tidak pula mengalami kelaparan.
Muhammad Amahzun (2006: 176-178) memaparkan:
Sementara itu, Abdullah ibn Abu Bakar mendapat tugas untuk mencari informasi pembicaraan kaum Quraisy tentang Nabi dan ayahnya di setiap siang hari. Lalu, pada sore harinya ia berkewajiban melaporkan apa yang didengarnya kepada Rasulullah di gua Tsur. Adapun pulangnya, ia diharuskan kembali ke Makkah pada waktu sahur, yakni agar paginya bisa berkumpul kembali dengan orang-orang Quraisy.
Tentang hal ini Aisyah menuturkan, “Setiap malam, Abdullah ibn Abu Bakar selalu berada bersama keduanya (Rasulullah dan Abu Bakar) di gua Tsur. Dia adalah seorang pemuda yang cerdas. Dia meninggalkan keduanya pada akhir malam, dan pagi harinya menelusup ke tengah-tengah orang-orang Quraisy di Makkah seperti orang yang bukan baru saja pergi jauh.”
Demikian halnya dengan Amir ibn Fuhairah, salah satu pembantu Abu Bakar. Ia memiliki tugas lain, yaitu, “Dan ia menggembala domba untuk keduanya. Yakni, bila petang hari dia menggembala dekat gua, sehingga mereka berdua bisa mengambil air susunya. Amir menunggu domba-domba itu hingga akhir malam.”
Bukan hanya itu, Amir pun mendapat tugas untuk menggiring domba-dombanya melintasi jalan yang dilalui Abdullah ibn Abu Bakar setelah dari gua menuju Makkah: untuk menghilangkan jejak.
Dalam strategi hijrah yang demikian ciamik, sejarah mencatat dengan tinta emas taktik cerdik Asma binti Abu Bakar yang memasok logistik ke gua Tsur. Mental gadis ini luar biasa, sangat bernyali menunaikan tugas berbahaya. Rasulullah dan ayahnya tetap makan dan minum sementara dirinya tidak dicurigai sebagai pemasok logistik.
Hijrah itu tidak tergesa-gesa. Demikianlah saripati kehidupan di mana segala sesuatu dimatangkan dengan strategi yang apik. Dalam kondisi sangat kritis, di saat nyawa sedang terancam pun Nabi Muhammad mengajarkan teladan pentingnya bersikap tenang.
KOMENTAR ANDA