Pertama, Aisyah dan Shafwan tidak melakukan kontak apapun, jangankan bersentuhan berkata-kata pun tidak. Shafwan menurunkan untanya hingga dinaiki Aisyah lalu segera bergerak menyusul rombongan Rasulullah dan pasukan muslimin.
Kedua, Aisyah dan Shafwan tiba secara terang-terangan di siang hari serta disaksikan oleh banyak orang. Pelaku maksiat tentunya akan sembunyi-sembunyi, atau berupaya menutup-nutupi kebersamaan mereka.
Ketiga, baik tempat tertinggalnya Aisyah hingga jalur bertemunya lagi dengan rombongan adalah tempat terbuka, yang sulit untuk melakukan perbuatan terlarang itu.
Keempat, di saat Aisyah dan Shafwan berhasil menyusul kaum muslimin, tidak ada gejolak apapun. Orang-orang percaya dengan kualitas iman keduanya yang tidak diragukan lagi.
Nah, kenapa belakangan baru dihembuskan fitnah yang termakan oleh sebagian umat Islam? Apabila memang terjadi perbuatan serong, mestinya sejak awal berjumpa keduanya sudah ditemukan hal-hal mencurigakan.
Dari itulah ayat Al-Qur’an menegaskan agar umat Islam berbaik sangka, apalagi untuk kepribadian luhur dari Aisyah dan Shafwan, yang akhlaknya terjaga dengan baik, yang tidak ada fakta yang mengarah kepada perbuatan terlarang.
Tidak tanggung-tanggung fitnah yang keji itu menimpa perempuan sekaliber Aisyah, agar menjadi iktibar bagi segenap muslimah, bahwa fitnah tidak akan pernah mampu mengalahkan kebenaran Tuhan dan tidak akan pernah bisa mencederai keagungan perempuan suci.
KOMENTAR ANDA