PERSOALAN mulut beraroma tak sedap terkadang menjadi kecemasan bagi sebagian orang yang sedang berpuasa. Mulut mereka akan kering karena berjam-jam tidak disinggahi makanan atau minuman.
Akibatnya plak atau karang gigi semakin memicu berhembusnya napas beraroma kurang sedap. Kita sendiri kesulitan mengetahui aroma mulut sendiri. Bau tak sedap itu malah dirasakan dari reaksi tak enak lawan bicara. Sehingga wajah kita pun bersemu merah menanggung malu.
Kalau mau dicermati hingga ke hulunya, aroma kurang sedap itu justru berpangkal dari buruknya kesehatan gigi dan juga mulut. Inilah yang hendaknya menjadi perhatian bagi siapapun yang punya masalah dengan bau kurang sedap tersebut. Dan Islam pun sesungguhnya sudah memberikan solusi brilian.
Aroma Mulut
Masalah aroma mulut, Islam membahasnya dalam salah satu hadis, Rasul bersabda, “Kalaulah tidak akan memberatkan bagi umatku, akan aku perintahkan mereka ber-siwak (gosok gigi) setiap kali hendak shalat.” Nyaris saja bersiwak diwajibkan lima kali sehari. Tapi ulama memahami hadis ini, seperti dalam kitab Qawa'id Ushul Fiqh, statusnya sunah. Meski tidak menjadi wajib, ada pahala dan manfaat besar bagi yang melaksanakan ber-siwak tiap kali hendak shalat.
Siwak yang disebut oleh Nabi Muhammad adalah nama suatu pohon yang ranting, dahan atau akarnya lazim digunakan untuk membersihkan gigi. Siwak bersifat lembut, bisa membersihkan dan berserat serta bersifat basah. Selain itu Siwak adalah bahan alami yang juga memiliki khasiat kesehatan bagi gigi dan mulut.
Cara-cara alami dalam menjaga kesehatan dan aroma gigi juga melegenda dalam tradisi Nusantara. Bagi para tetua suku Minangkabau di Provinsi Sumatera Barat, dahulunya mereka memanfaatkan sejenis rumput untuk gosok gigi, namanya rumput Banto.
Rumput yang banyak tumbuh di tepian sungai ini bertekstur halus dan lembut. Terlihat lucu menggunakannya saat membersihkan gigi karena membuat mulut berbusa hijau. Cara ini telah ditinggalkan oleh generasi modern yang memilih pasta gigi dan obat kumur.
Sulit juga meyakini seluruh gigi benar-benar bersih dengan menyikatnya selama dua menit. Apakah itu berhasil merontokkan yang sisa makanan yang terselip di sela-sela gigi? Apalagi bagi kebanyakan orang cenderung menyudahi gosok giginya hanya dalam hitungan 30 detik.
Dari itulah diperlukan bantuan mouthwash atau obat kumur guna menguber kuman-kuman di sudut tersempit sekalipun dan tentunya juga menjaga kesegaran aroma mulut.
Bahaya Obat
Hanya saja lazimnya obat kumur mengandung antiseptik, antibiotik, serta alkohol. Bahan-bahan tersebut tidak benar-benar aman dipakai. Kandungan alkohol membuat mulut kering dan berimbas pada berkurangnya produksi air ludah. Padahal ludah itu amat dibutuhkan untuk menjaga keasaman mulut.
Selain memberi sensasi menggigit, alkohol digunakan sebagai antibakteri. Kadar alkohol obat kumur beragam, ada yang 10 persen dan ada pula yang mencapai 26 persen. Perkara yang satu ini tentu menjadi perhatian penting dan dijauhi oleh konsumen muslim yang berpegang pada kriteria kehalalan.
Bahan-bahan berbahaya yang dikandung obat kumur juga bisa berdampak buruk. Dari itulah penggunaan obat kumur sebaiknya hanya dalam jangka pendek saja. Sebab penggunaan antibiotik terlalu sering juga bisa merusak keseimbangan bakteri dalam mulut. Sedangkan anak-anak tidak dianjurkan memakai obat kumur karena sangat rentan menelannya.
Mengingat ketatnya prinsip kehalalan, makanya konsumen muslim tidak dapat menerima bahan alkohol. Sebagian pihak berpikir toh bahan alkohol itu cuma dikumur lalu dikeluarkan kembali. Hanya saja potensi alkohol tertelan tanpa sengaja, atau sisanya bisa masuk tanpa disadari kemudian juga menjadi kecemasan tertentu. Selain itu bahan-bahan lain pada kandungan obat kumur juga perlu diperiksa lebih teliti.
Sehat Halal
Sejak lama promosi obat kumur demikian gempita, tetapi amat disayangkan sulit sekali bila kriteria halal tidak dipenuhi. Penggunaan alkohol sebagai bahan antibakteri membuat kalangan konsumen muslim menyurutkan niat menggunakannya.
Belakangan titik kritis ini mulai disadari oleh para produsen mouthwash atau obat kumur, mereka tidak mau pangsa pasar mayoritas muslim di Indonesia raib begitu saja. Sehingga faktor kehalalan mulai menjadi perhatian.
Christina Ariadne Sekar Sari dalam bukunya Teknik Mengelola Produk dan Merek (2017: 32) menerangkan:
Penggunaan alkohol sebagai salah satu bahan obat kumur pembersih gigi dan mulut kini sudah mulai ditinggalkan. Di samping memiliki sejumlah kekurangan, penggunaan bahan baku alkohol sebagai pembersih gigi dan mulut juga memiliki keterbatasan konsumen.
Banyak konsumen yang tidak dapat menggunakan pembersih gigi dan mulut beralkohol. Konsumen membutuhkan produk yang baik dan halal, oleh karena itu pebisnis harus melakukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Kesadaran macam beginilah yang perlu terus dipelihara supaya tidak mengguncangkan konsumen muslim. Namun, kesadaran terbaik yang bisa dipegang oleh konsumen muslim adalah logo halal dari lembaga resmi pada setiap produk mouthwash tersebut.
Walaupun sertifikasi halal obat kumur sudah diperoleh, tetap saja konsumen muslim menjatuhkan pilihan kepada produk yang memenuhi kriteria kesehatan. Dari itulah perlu diketahui kriteria obat kumur yang aman, seperti yang mampu membasmi kuman yang merusak kesehatan gigi serta mulut.
Pilihlah obat kumur yang tidak menimbulkan kemungkinan iritasi, tidak mengubah indera perasa, tidak merusak keseimbangan bakteri dalam mulut, tidak berpengaruh pada resistensi mikroba, tidak memberi bekas noda pada gigi, dan tidak menggunakan alkohol.
KOMENTAR ANDA