Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

CEMBURU lahir karena adanya cinta, sedangkan cinta dipercaya sebagai sesuatu yang suci. Sejatinya, janganlah pernah berprasangka buruk kepada cemburu, sebab rasa yang penuh gejolak tersebut juga memiliki dimensi positif. Bahkan, ada masanya cemburu yang bergelora menuai pujian. 

Cemburu tentu saja memiliki manfaat, kita memahami rahasianya.

Haya binti Mubarak AI-Barik dalam Ensiklopedi Wanita Muslimah (2020: 158-159): Cemburu yang terpuji. Cemburu ini adalah cemburu yang sesuai dengan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya. Di antara contoh-contoh cemburu yang terpuji adalah: 

a. Cemburu terhadap hal-hal yang diharamkan Allah Swt. 

b. Cemburu terhadap kehormatan.

Orang mukmin harus cemburu terhadap anggota keluarganya jika ada salah satu di antara mereka yang mengotori kemuliaan atau kehormatan diri. 

Rasulullah Saw bersabda: “Tiga orang yang tidak akan masuk surga, yaitu: orang yang durhaka terhadap kedua orang tuanya, duyuts (orang yang tidak cemburu terhadap kehormatan) dan wanita yang berperilaku kelaki-lakian.” (Diriwayatkan Al-Bazzar) 

c. Cemburu terhadap waktu.

Waktu merupakan sesuatu yang paling berharga bagi ahli ibadah. Dia tentu akan cemburu jika kehilangan waktu. Sebab sekali saja kehilangan waktu, dia tidak akan dapat kembali lagi.

Ketika kita cemburu dengan maraknya hal-hal yang diharamkan Allah Swt, maka dengan kecemburuan yang berkobar itulah kita punya energi untuk menjauhi bahkan menyingkirkan yang haram.

Saat kita cemburu terhadap kehormatan, maka dengan kecemburuan itu kita akan maksimal menjaga kehormatan dan mencegah hal-hal yang dapat menodainya.

Jika kita cemburu terhadap waktu, dengan kekuatan cemburu itu kita menjaga sang waktu dengan memanfaatkan untuk hal-hal positif.

Selama cinta itu kuat, maka tingkat kecemburuan juga semakin dahsyat. Maka setiap orang perlu berhati-hati menakar kecemburuan, supaya tidak celaka disebabkan kecemburuan yang membabi-buta.

Jangan pula terlalu percaya kepada rasa cemburu, karena sekali terpedaya kita bisa terbakar atau malah binasa. Sebab itu, perlu diketahui macam-macam cemburu yang tercela. 

Lebih lanjut Haya binti Mubarak AI-Barik (2020: 158-159) mengungkapkan, cemburu yang tercela adalah cemburu yang berada pada kondisi-kondisi kejiwaan yang hina dan yang tidak dikekang oleh ketentuan-ketentuan syariat. Maka tidak heran jika pelakunya terseret kepada kebinasaan. 

Di antara contoh-contoh cemburu yang tercela adalah: 

  • Rasa cemburu suami yang berlebih-lebihan terhadap istrinya, sehingga menimbulkan buruk sangka yang tidak bisa ditawar-tawar dan seakan-akan tidak ada keraguan lagi. 
  • Cemburu istri yang berlebih-lebihan terhadap suami, sehingga menyeretnya kepada perbuatan dosa dan maksiat, seperti ghibah, adu domba, dengki, iri dan dosa-dosa lainnya.

Jadi bisalah disimpulkan, level cemburu yang dibenci itu adalah yang berlebih-lebihan. Segala yang berlebihan memang hanyalah menghasilkan keburukan. Cemburu yang tidak dikendalikan malah berujung pada timbunan dosa. Terlebih, bersama cemburu itu muncul hasrat menguasai hidup orang yang dicintainya. Padahal Allah memberikan kemerdekaan bagi setiap hamba-Nya. 

Isham Muhammad Asy-Syarif dalam buku Beginilah Nabi Mencintai Istri (2007: 60) menguraikan, cemburu tidak selamanya jelek, yang jelek adalah cemburu yang berlebih-lebihan. Kecemburuan wanita kepada lelaki sebetulnya merupakan ekspresi kecintaannya kepada si pria. 

Pada saat yang sama, kecemburuan itu merupakan bentuk keinginan untuk secara khusus memilikinya, juga merupakan kondisi psikologis yang mencerminkan kekhawatiran perempuan terhadap masa depannya di dalam kehidupan.

Campuran ketiga unsur ini (cinta yang murni, keinginan untuk memiliki secara khusus, dan kekhawatiran yang berlebihan) menciptakan perasaan cemburu pada diri wanita.

Cemburu terkadang melampaui batas ini, sehingga seorang wanita berperilaku aneh dan tercela yang pada awalnya dengan curiga kepada suami dan salah menafsirkan tindak tanduknya. 

Istri curiga ketika suaminya menoleh dan memerhatikan wanita lain yang sedang berjalan, curiga ketika suaminya mengangkat gagang telepon lalu bicara dengan suara pelan, curiga ketika suaminya sedang bepergian, curiga tatkala suaminya terkadang tidak sempat memberi perhatian kepadanya.

Cemburu seperti inilah yang membuat hidup merana. Cemburu yang menimbulkan petaka. Jangan sampai pasangan sah menjadi lelah, jangan pula suami atau istri terjajah hidupnya hanya disebabkan kondisi serba salah akibat terancam oleh kecemburuan pasangannya. 

Menarik juga ungkapan seorang ulama yang dikenal sebagai pakar cinta, Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam bukunya Raudhatul Muhibbin (2016: 328): Kecemburuan yang disukai Allah ialah kecemburuan yang kemunculannya diiringi dengan keraguan. Sedangkan kecemburuan yang dibenci Allah ialah kecemburuan yang tidak disertai keraguan, melainkan hanya sekadar berasal dari buruk sangka (su’zhan).




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur