Sesaat kemudian, anak-anak Bani Najjar pun berdatangan dengan riang gembira, karena kedatangan Rasulullah yang akan menjadi tetangga mereka.
Mereka bersenandung:
Kami adalah tetangga dari Bani Najjar
Wahai Nabi Muhammad, sebaik-baik tetangga.
Rasulullah bersabda kepada mereka, “Apakah kalian menyukai diriku?”
Mereka menjawab, “Tentu.”
Rasulullah bersabda lagi, “Allah mengetahui bahwa hatiku pun menyukai kalian.”
Begitulah cerminan terpujinya akhlak Nabi Muhammad yang menghargai segala lapisan masyarakat. Anak-anak perempuan itu hanya mampu memberikan penampilan sederhana demi menunjukkan kecintaan terhadap Rasulullah. Dan beliau bukan hanya memberikan apresiasi, tetapi bercakap-cakap dengan bocah-bocah tersebut sepenuh kasih.
Dalam percakapan yang syahdu itu, Rasulullah mengungkapkan tentang betapa beliau amat mencintai mereka. Alangkah mulianya sikap beliau terhadap anak-anak perempuan, tidak ada sikap pengabaian yang menyakiti perasaan.
Unta yang ditunggangi oleh Nabi Muhammad akhirnya berlutut di di ladang penjemuran kurma milik dua anak yatim; Sahl dan Suhail bin Amr. Dengan kemurahan hatinya, beliau pun membeli lahan tersebut dengan harga yang pantas. Di hamparan tanah itu dibangun masjid dan dibangun pula rumah Rasulullah yang menempel dengan masjid.
Selama masjid dan rumah itu dalam proses pembangunan rumah hunian, maka Rasulullah pun tinggal di kediaman Abu Ayyub Khalid bin Zaid al-Anshari. Rumah itu pun senantiasa ramai dikunjungi, orang-orang Anshar berlomba mengantarkan jamuan kepada Nabi Muhammad.
Pada mulanya Yatsrib sudah sangat lama menjadi nama kota tersebut. Pada momen hijrah terjadi perubahan besar sehingga Yatsrib pun berganti nama menjadi Madinatun Naby atau Kota Nabi yang kemudian hari populer dengan nama Madinah.
Zuhairi Misrawi dalam bukunya berjudul Madinah (2009: 121-123) menerangkan:
Sedangkan Yatsrib mengacu pada orang yang pertama kali menempati kota tersebut, yaitu Yatsrib bin Qaniyah. Dalam tradisi Arab, hal tersebut merupakan penghargaan terhadap sosok yang pertama kali datang ke kota tersebut. Sosok yang bisa menggantikan ketokohan Yatsrib bin Qaniyah, yaitu Muhammad bin Abdullah.
Hal tersebut membuktikan betapa ketokohan Nabi sangat bersinar di Yatsrib, sehingga memberikan daya tarik tersendiri bagi orang-orang Yatsrib. Mereka merelakan untuk mengubah nama lama yang sudah melekat pada mereka menjadi nama baru yang identik dengan Nabi dan pengikutnya, yaitu Madinah. Yatsrib pun berganti nama menjadi Madinah.
Demikianlah hijrah yang sangat impresif berhasil ditunaikan oleh Rasulullah dengan selamat. Beliau dan para pengikutnya menyusun kekuatan besar umat Islam yang menjadi tonggak kejayaan Islam hingga detik ini. Dari itu pula hijrah merupakan kekuatan setiap pribadi muslim untuk membuat perubahan yang menakjubkan.
KOMENTAR ANDA