SETELAH pasukan pemanah meninggalkan pos mereka di Gunung Uhud, lalu turun memperebutkan harta musuh, seketika itulah barisan kaum muslimin kocar-kacir oleh serangan mendadak pasukan Quraisy yang sangat banyak jumlahnya. Dalam kondisi sangat kritis itulah Nabi Muhammad membuat keputusan genius demi menyelamatkan pasukan Islam.
Ṭabarī pada buku Muhammad di Makkah dan Madinah (2019: 559) menceritakan:
Rasulullah saw. menaiki ngarai, mengajak pasukannya untuk mengikutinya, dan mencapai tempat pasukan yang berada di atas batu di Gunung Uhud tersebut. Ketika mereka melihat ada yang datang, salah seorang di antara mereka mengambil anak panah, meletakkan di busurnya, dan hendak menembakkannya.
Namun, Rasulullah saw. berkata, “Aku Muhammad, Rasulullah.”
Mereka gembira ketika menyadari bahwa Rasulullah saw. masih hidup. Rasulullah saw. juga bersuka cita melihat sahabat-sahabat beliau di antara mereka yang masih bisa bertahan.
Dengan gemilang Nabi Muhammad mengajak pasukan muslimin mendaki bebatuan Gunung Uhud, sehingga posisi mereka jadi lebih menguntungkan, bahkan mampu mengawasi gerakan musuh. Sempat terjadi kesalahpahaman, tetapi Rasulullah langsung menyebutnya dirinya adalah Nabi Muhammad, sehingga berhasil dihindari terjadinya bentrokan sesama umat Islam.
Dengan cepat Rasulullah melakukan konsolidasi di Gunung Uhud, barisan muslimin kembali diperkuat. Terbukti tidak mudah bagi pasukan Quraisy menyerang tatkala kaum muslimin berada dalam posisi lebih tinggi. Ini strategi yang ciamik!
Tabari (2019: 560) menerangkan:
Di sisi lain, Abu Sufyan dan pasukannya terus mengejar kaum muslimin hingga ia hampir menemukan mereka. Ketika pasukan muslimin melihat Abu Sufyan, mereka lupa tentang sesuatu yang telah mereka alami, dan mengarahkan perhatian mereka hanya kepada Abu Sufyan.
Rasulullah saw. bersabda, “Mereka tidak layak mengungguli kita; ya Allah, jika kaum muslimin ini terbunuh, maka tak ada lagi yang akan menyembah-Mu.”
Para sahabat Rasulullah saw. pun kembali bersemangat. Mereka lalu melempari orang-orang musyrik yang mengejar mereka itu dengan batu, sehingga memaksa orang-orang musyrik itu mundur menuruni gunung.
Terbukti Nabi Muhammad berhasil menyusun kembali barisan kaum muslimin. Sisa-sisa pasukan pemanah telah kembali memberikan perlindungan. Sehingga pihak Quraisy kesulitan melakukan serangan seperti sebelumnya.
Pasukan berkuda Quraisy juga tidak bisa mendaki pegunungan Uhud. Para prajurit infanteri musyrikin kesulitan dalam pertempuran di lokasi yang berbukit-bukit. Strategi cerdas Nabi Muhammad berhasil menghentikan serbuan musuh.
Memang Abu Sufyan sempat berseru mengajak pasukannya mendaki gunung untuk menyerang lagi. Akan tetapi Umar bin Khattab dan kaum Muhajirin menyerang terlebih dahulu. Akibatnya musuh terpaksa turun gunung kembali.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pada bukunya Kelengkapan Tarikh Rasulullah (2012: 119) mengungkapkan:
Selanjutnya Abu Sufyan mengatakan, “Hari ini sebagai balasan atas kekalahan kami di Perang Badar.”
Hal itu segera dibantah oleh Umar, “Tidak sama. Teman-teman kami yang tewas berada di surga. Tetapi teman-teman kalian yang tewas berada di neraka.”
Itulah serangan terakhir dari pihak Quraisy, karena setelah itu mereka memilih mundur. Pasukan musyrikin kembali lagi ke kota Makkah. Namun demikian, Rasulullah tetaplah waspada dengan pergerakan pihak musuh dan mengutus mata-mata.
M. Quraish Shihab pada buku Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw. (2011: 649) menjelaskan:
Pasukan musyrik kembali, tetapi Nabi saw. khawatir jangan sampai arah mereka adalah Madinah, karena itu beliau memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk mengamati mereka.
Nabi bersabda, “Jika mereka menunggang unta, maka itu berarti mereka kembali ke Makkah, dan jika mereka menunggang kuda dan menggiring unta, maka itu berarti mereka bermaksud ke Madinah. Demi Allah yang jiwaku dalam genggaman-Nya, kalau mereka hendak ke sana, niscaya aku akan menghadapi mereka di sana dan melawan mereka.”
Tetapi ternyata laporan Sayyidina Ali menyatakan bahwa mereka menunggang unta.
Pada siang itu, Rasul saw., karena masih dalam keadaan luka, terpaksa menunaikan shalat Zuhur dengan duduk, pasukan yang lain pun mengikuti dalam keadaan duduk.
Setelah shalat, Nabi meminta pasukan untuk tenang dan teratur rapi, “Agar aku -sabda Nabi- dapat memuji Tuhanku Yang Mahamulia lagi Mahaagung.”
KOMENTAR ANDA