Arthur Caplan, kepala Divisi Etika Medis di Fakultas Kedokteran Grossman Universitas New York, setuju bahwa perusahaan asuransi akan bersemangat untuk menjadi yang terdepan dalam konsumen ketika model seperti life2vec menjadi lebih komersial.
“Ini akan mempersulit penjualan asuransi, Anda tidak dapat menjalankan asuransi terhadap risiko jika semua orang tahu persis apa risikonya,” ungkap Caplan.
Namun, Caplan, yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini, mencatat bahwa life2vec tidak memprediksi pada usia berapa seseorang akan meninggal atau bagaimana caranya. Misalnya, suatu algoritma tidak dapat memprediksi apakah seseorang akan terbunuh dalam kecelakaan mobil.
Caplan memperkirakan model prediksi yang lebih maju akan muncul dalam waktu lima tahun.
“Kami akan memiliki data yang lebih baik dengan database yang lebih besar yang akan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan untuk memperpanjang hidup Anda,” katanya.
Pada akhirnya, kata Caplan, penggunaan kecerdasan buatan untuk memprediksi kapan kita akan mati menghilangkan satu aspek dalam hidup kita yang membuatnya tetap menarik: misteri.
“Kami khawatir robot akan mengambil alih dunia dan memutuskan bahwa mereka tidak membutuhkan kami,” katanya.
“Yang perlu kita khawatirkan adalah robot memanipulasi informasi dan mampu memprediksi banyak hal tentang perilaku kita sehingga kita akhirnya memiliki kehidupan yang sangat mudah ditebak sehingga menghilangkan sebagian nilai dari kehidupan,” pungkas Caplan.
KOMENTAR ANDA