BELAJARAYA 2024, festival pendidikan terbesar yang merayakan kolaborasi, inovasi, dan akselerasi literasi masyarakat Indonesia sukses digelar di Pos Bloc, Jakarta Pusat pada 4 Agustus 2024.
Pada sesi Ngobrol Publik bertajuk “Ambil Peran dalam Kesetaraan Pendidikan”. Sesi ini bertujuan mengeksplorasi peran aktif individu dan komunitas dalam mengatasi kesenjangan pendidikan serta memastikan setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.
Start-up sosial KONEKIN didirikan untuk mendorong ekosistem inklusif di Indonesia melalui penyebaran informasi, peningkatan partisipasi penyandang disabilitas di ruang publik, dan penciptaan kolaborasi lintas sektor.
“Koneksi Indonesia Inklusif (KONEKIN) berkomitmen untuk menyediakan kesempatan pendidikan dan pelatihan berkualitas secara inklusif. Kami mendukung kelompok disabilitas dalam mendapatkan akses kesempatan kerja, dengan 2,8% dari mereka berhasil memperoleh pekerjaan berkat program ini. Selain itu, KONEKIN telah terbukti membantu 60% peserta dalam mendapatkan akses ke dunia kerja,” ujar Marthella Rivera Roidatua, CEO KONEKIN.
Dorongan untuk meningkatkan semangat membaca dan memperluas kesempatan kesetaraan literasi bagi anak-anak menginspirasi pembentukan Gerakan Suka Baca.
Renita Yulistyana, pendiri Gerakan Suka Baca, menjelaskan, “Pada awalnya, saya mengajak 10 orang untuk belajar gratis melalui Gerakan Suka Baca dengan bantuan banyak relawan. Kami ingin memberikan harapan bahwa pendidikan di Indonesia harus seimbang dan tidak timpang.”
Fenomena serupa juga terjadi pada tingkat pendidikan usia wajib belajar. Hal ini menjadi keresahan bagi Achmad Zulfikar, Founder Komunitas Sekolah Marjinal (KSM).
Ia menjelaskan bahwa KSM didirikan sebagai respons terhadap banyak anak-anak di Yogyakarta yang tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal yang wajib. Komunitas Sekolah Marjinal berfungsi sebagai jembatan antara anak-anak dari kelompok marjinal dan program pemerintah terkait pendidikan. Hingga saat ini, 80% dari anak-anak tersebut telah mendapatkan kembali hak-hak pendidikan mereka.
Perhatian terhadap dunia pendidikan tidak hanya datang dari pemerhati industri pendidikan, melainkan pelibatan berbagai pihak lainnya dalam mewujudkan inklusivitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah Andien, Musisi sekaligus Perintis Sekolah Anak Percaya.
“Beberapa kali saya berkunjung ke kampung pemulung. Saya mendapati bahwa lingkaran kemiskinan sulit diputus bukan hanya karena akses pendidikan, tetapi juga biaya untuk seragam, buku, dan transportasi, serta ketiadaan administrasi identitas. Melalui Sekolah Anak Percaya, kami berupaya mempermudah akses pendidikan formal agar anak-anak mendapatkan kesempatan yang setara”, jelas Andien.
Tidak kalah menarik, Belajaraya 2024 juga menghadirkan sesi Ngobrol Publik dengan topik “Karier Paling Prospek 2045 Revealed”. Pada sesi kali ini para narasumber menekankan pentingnya menjadi pembelajar sepanjang hayat bagi generasi mendatang.
Seiring dengan perkembangan teknologi, generasi tersebut perlu mengembangkan keterampilan seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, kreativitas, dan kepemimpinan, serta adaptabilitas dan kecerdasan emosional agar tetap kompetitif di dunia yang terus berubah.
Hal ini diungkapkan oleh Ayu Kartika Dewi, Managing Director Indika Foundation, bahwa di masa depan, ada kesempatan karier sudah bisa ditebak sejak saat ini, khususnya karier yang berhubungan dengan tekonologi, artificial intelligence (AI), hingga berkaitan dengan bahasa asing.
Tapi ada pula jenis-jenis karier yang tidak akan bisa diprediksi saat ini. Maka semua orang perlu belajar dua hal: critical thinking dan calm. Critical thinking diperlukan dalam memetakan akar masalah dan memecahkan permasalahan.
Ditambahkan Ayu, "Di dunia yang semakin ngebut dan semakin ribut, kita perlu untuk belajar calm, supaya kita tidak mudah frustrasi dan tidak sering bergesekan dengan orang lain".
Ayu juga mengingatkan pentingnya untuk proaktif mencari mentor sebagai guru-guru kehidupan.
Radinkan R. Qiera, COO Sekolah.mu, memaparkan Laporan McKinsey yang menekankan peran krusial guru dalam menyiapkan tenaga ahli untuk mengelola Indonesia di tahun 2030.
Pendidikan yang diberikan guru membentuk karakter, pengetahuan, dan keterampilan generasi muda, sehingga penting untuk terus beradaptasi dan berkolaborasi sesuai dengan kebutuhan industri. Ini akan membantu membangun ekosistem yang mendukung, meningkatkan peluang kerja, dan memastikan talenta muda siap menghadapi tuntutan pasar.
“Meskipun karier masa depan sulit diprediksi, perkembangan teknologi dapat mengakselerasi berbagai aspek, termasuk kemunculan profesi baru yang berhubungan dengan AI dan Machine Learning. Hal ini menambah ketidakpastian pada kesempatan karier di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk memiliki kemampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri, serta berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat,” papar Inka.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sari Soegondo, Co-Founder and Executive Director ID COMM, “Karier di bidang media dan komunikasi terus berkembang seiring dengan disrupsi teknologi. Perubahan ini mempengaruhi cara kita berkomunikasi dan jenis pekerjaan yang tersedia. Adaptasi terhadap perubahan ini penting untuk tetap relevan dan kompetitif di industri yang dinamis ini. Selain itu, juga penting untuk memperhatikan kebutuhan profesi sepanjang rantai dari hulu hingga ke hilirnya."
Untuk menghadapi tantangan karier masa depan, generasi muda perlu mengembangkan dua kemampuan dasar:
KOMENTAR ANDA