Sementara nama Jalan Adnan Adivar diambil dari nama Dr. Abdulhak Adnan Adivar, salah seorang tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Turki baru. Dr. Adnan Adivar lahir di Gelibolu atau Gallipoli tahun 1882 dan meninggal di Istanbul tahun 1952. Dia merupakan salah seorang teman seperjuangan Mustafa Kemal Ataturk. Selama hidupnya dia tidak hanya dikenal sebagai dokter, namun juga politisi, sejarawan, dan penulis.
Al Maliki, restoran yang dikelola Husnu Hoca, bercitarasa nusantara, Indonesia dan Malaysia. Sebelumnya rumah makan ini bernama Bakmie Indo. Karena menilai konsep rumah makan ini sejalan dan klop dengan bisnis pariwisata dan perjalanan antar negara yang digelutinya, Husnu Hoca melibatkan diri untuk memperbesar skala usaha.
Menu andalan di rumah makan Al Maliki ini beraneka rupa. Dari Nasi Lemak Pak Syeikh, Nasi Ayam Pak Syeikh, Nasi Goreng Langgar, Mie Goreng Kubang Semang, Mie Ayam Rinjani, sampai Bakso Mahameru. Juga ada Kari Ayam Bagan Dato, Kari Kambing Megat Dewa, Ayam Kicap Halia Tikam Batu, Ikan Tiga Rasa Tanjung Dawai, Ayam Masak Merah Merbau, dan Daging Masak Merah Pulau Sayak.
Menurut Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Istanbul, Muhammad Abdullah Azzam, di Istanbul ada sekitar lima rumah makan bercitarasa nusantara. Dari semuanya, kata mahasiswa jurusan hubungan internasional di Istanbul University (IU) itu, restoran Al Maliki yang paling sering dikunjungi mahasiswa Indonesia. Azzam ikut mendampingi saya selama mengisi masa transit kali ini.
Saat kami tiba, di salah satu pojok duduk sebelas mahasiswa asal Indonesia. Mereka yang berasal dari berbagai kampus dan kota di Turki baru mengikuti suatu kegiatan. Salah seorang di antaranya adalah mantan Ketua PPI Turki yang kini menjadi Ketua National Youth Council (NYC) Indonesia di Turki, Fauzul Azhim.
Setelah menghabiskan nasi goreng yang maknyus itu, saya bergabung dengan kelompok mahasiswa Indonesia. Memperkenalkan diri dan terlibat dalam pembicaraan mengenai satu dua hal terkait situasi di dalam negeri.
Pembicaraan yang seru, dan baru terhenti setelah Azzam mengingatkan saya untuk segera kembali ke bandara. Kepadatan Istanbul di akhir pekan melebihi hari-hari biasa. Bila tak cermat menghitung perjalanan ke bandara bisa bikin sakit kepala.
KOMENTAR ANDA