IKON dunia kehumasan Indonesia ini menginspirasi perempuan di tanah air untuk mencurahkan kasih sayang kepada keluarga tanpa melupakan kepekaan sosial demi membantu banyak orang.
Sosok Prita Kemal Gani adalah contoh sosok perempuan kebanggaan Indonesia. Kiprahnya di dunia kehumasan (public relation) sudah tidak diragukan. Ia adalah pionir hadirnya sekolah kehumasan di tanah air. Kini, STIKOM London School of Public Relation yang ia dirikan di tahun 1992 telah menghasilkan 20 ribu lulusan.
Sebuah pencapaian karier yang luar biasa. Seperti yang dikatakan Prita, profesi sebagai ibu rumah tangga, wirausaha, maupun perempuan karier, pasti memiliki tantangan dan seni masing-masing. Terlebih bagi ibu yang memutuskan bekerja dari rumah sepertinya, menurut Prita sangat banyak godaan yang membuat ibu tidak fokus.
Bicara tentang Prita, maka kita membicarakan seseorang yang sangat rendah hati dengan dedikasi yang sangat tinggi dalam dunia kehumasan dan autisme di tanah air. Prita dilabeli banyak predikat karena kepedulian dan sumbangsihnya dalam dua bidang tadi; sebagai supermom, pendidik, womanpreneur, penggiat pemberdayaan ABK, dan tentu saja Ibu Kehumasan Indonesia. Prita, seperti pernah dikatakan suaminya, Kemal Effendi Gani, adalah seorang pebisnis yang inovatif sekaligus seorang istri dan ibu yang sangat mencintai keluarga. Energi luar biasa yang dimiliki Prita lahir dari hati dan passion terhadap apa yang ia jalani.
Sempat berniat meninggalkan dunia kehumasan demi putri tercintanya Raysha, petuah sang bunda menjadikannya bertambah kuat untuk bisa mengurus Raysha sekaligus menebar manfaat untuk banyak anak berkebutuhan khusus lainnya dengan mendirikan LSPR Center of Autism Awereness. Inilah bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan anak-anak berkebutuhan khusus. Kepada Farah, perempuan berdarah Minang ini berbagi pemikiran dan pengalaman hidupnya yang penuh inspirasi.
Tantangan Kehumasan Masa Kini
Pernah menempati posisi Director of PR for Clarck Hatch International pada 1989-1992, pengalaman dan kontribusi Prita Kemal Gani menjadikannya pioneer di bidang kehumasan. Ketika ditanya tentang potensi dan tantangan dunia kehumasan saat ini, Prita menjawab bahwa humas kini menempati posisi yang sangat penting. “Di era digital sekarang, semua orang dapat memberi informasi, menjadi jurnalis, dan memproduseri medianya sendiri. Tapi, informasi yang valid tentang suatu perusahaan atau produk, harus datang dari perusahaan itu sendiri. Itulah tugas humas,” ungkap Prita.
Ada dua peran penting humas saat ini, yang menurut Prita harus dijalankan secara maksimal. Pertama, Humas berperan dalam mengontrol informasi yang resmi dan akurat untuk disampaikan ke masyarakat. Jangan sampai publik mengetahui berbagai info terkait suatu perusahaan atau brand dari orang lain (warganet) yang aktif berbagi informasi di media sosial.
Kedua, humas berperan dalam menciptakan dan memperkuat branding termasuk to tell the story tentang siapa di balik kesuksesan sebuah brand atau perusahaan. Karena di zaman sekarang, banyak orang melihat lebih dulu siapa pemilik, penggagas, atau direktur sebuah perusahaan, sebelum membeli jasa atau produk. Dua hal tersebut menekankan kian besarnya potensi dan tantangan humas saat ini.
“Saya pun saat ini tidak pernah berhenti belajar, terutama terkait perkembangan teknologi. Meski saya sudah mendirikan LSPR sejak 26 tahun silam, pernah menjadi PR Director, dan memiliki jam terbang tinggi, saya masih belajar dari anak-anak zaman sekarang. Saya belajar dari setiap orang yang saya temui,” ujar perempuan kelahiran 23 November 1961 ini.
Prita menekankan bahwa tanpa PR, Marketing tidak bisa berjalan mulus. Marketing bertugas membuat strategi bagaimana suatu produk bisa terjual. Mereka memikirkan tentang kemasan, pendistribusian, dan promosi. Namun pada akhirnya, loyalitas konsumen juga diberikan pada produk atau perusahaan dengan men behind the brand yang mereka kenal baik. Bukan sekadar pada harga, kegunaan, kemasan, atau lokasi. Di situlah esensi PR untuk memberi informasi yang akurat dan valid tentang Apa & Siapa seputar perusahaan.
Siapakah PR Yang Baik?
Setiap profesi, sejatinya memiliki seni masing-masing. Tak terkecuali humas. Selain kompetensi yang bisa dinilai dengan angka, ada persyaratan tak tertulis yang harus dimiliki seorang humas. “Pertama, PR harus suka bergaul. Ini mengisyaratkan orang tersebut suka bertemu banyak orang, luwes, dan memiliki sense of humanity yang baik. Kedua, PR harus mampu menulis atau mampu berbicara. Dan yang ketiga, PR harus bersifat detail. Artinya, ia melakukan riset sebelum merancang dan melaksanakan sebuah program,” kata Prita.
Lebih lanjut, Prita kembali menegaskan pentingnya peran humas dalam era kompetitif saat ini. Ketika sebuah perusahaan berusaha meningkatkan performanya, maka setiap PR harus memiliki sense of enterpreneurship untuk menginterpretasikan nilai tambah perusahaannya dari sisi kehumasan.
Ini bertujuan agar perusahaan lebih disukai dan dipercaya hingga masyarakat berlomba-lomba membeli produk perusahaan tersebut. Ini berarti, seorang humas harus mampu menghitung mana program yang dapat menghasilkan dan meningkatkan performa perusahaan. Performa yang dimaksud bukan melulu berujung profit, tapi juga keberlangsungan perusahaan. Jika masa depan perusahaan jelas, karyawan akan lebih tenang bekerja.
Terkait performa itulah, seorang humas harus menerjemahkannya ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal) perusahaan. “Karena itulah, PR yang baik harus memiliki very good management capability,” ujar ibu dari Ghina Amani Kemal Gani, Raysha Dinar Kemal Gani, dan Fauzan Kanz Kemal Gani ini.
Selanjutnya, yang terpenting adalah perilaku. Untuk menciptakan good attitude perusahaan dan karyawan, diperlukan good leadership. Karena pemimpin menjadi teladan. Misalnya saja, seorang pemimpin yang menjalankan perusahaan secara efisien dan efektif, pasti ‘menularkan’ semangat kerja positif itu ke perusahaan dan para karyawannya. Termasuk, membuat karyawan merasa bahwa menyakiti perusahaan sama saja dengan menyakiti diri sendiri.
Dengan begitu, diharapkan seorang karyawan tidak memanjakan egonya dengan menjelekkan perusahaannya sendiri melalui media sosial hanya kekesalannya pada satu orang. “Karyawan harus menyadari bahwa perbuatan curhat di media sosial dapat menciptakan citra buruk yang merugikan perusahaan.”
Yang terakhir, menurut Prita, adalah manner (kesopanan). Termasuk kesopanan di sini adalah kepatuhan terhadap aturan perusahaan dan kepatuhan perusahaan mematuhi aturan usaha seperti membayar pajak dan BPJS tepat waktu. Sangat penting bagi seorang PR untuk memiliki etika yang merepresentasikan etika perusahaan dan karyawannya.
Prita muda masuk Akademi Perhotelan Trisakti karena sang mami mengelola usaha hotel. Kemudian ketika job training di hotel, ia ditempatkan di departemen PR. Saat itu ia berpikir betapa menyenangkan pekerjaan sebagai humas. Tugasnya menyenangkan: menyambut tamu VIP, mengatur surat, membuat majalah, dan berkomunikasi dengan cabang hotel lain.
Setelah itu, Prita melanjutkan studi di London, mengambil Management Studies. Lalu meraih gelar MBA dari International Academy of Management & Economics, Manila. Semua demi menyempurnakan first love-nya terhadap dunia kehumasan. Dan setelah mengetahui esensi tugas PR separti apa, bukan hanya sisi yang enak-enaknya saja, Prita justru semakin jatuh cinta dengan dunia kehumasan. Hingga kemudian ia mendirikan LSPR berawal dari satu ruang kelas, demi menciptakan praktisi PR yang kompeten. LSPR juga menjadi sebuah impian yang menjadi nyata bagi Prita yang semasa kecil bercita-cita menjadi guru. Ini adalah cara baginya untuk mendidik para calon humas agar dapat bekerja profesional.
Dunia PR tak hanya membesarkan nama Prita dan menorehkan banyak penghargaan baginya. Dunia kehumasan juga memberinya jodoh, Kemal Effendi Gani (Pemimpin Redaksi SWA). Menikah dengan suami yang berprofesi sebagai wartawan—yang ternyata sama dengan profesi almarhum ayahnya—tidak pernah direncanakan Prita. Ia mengaku bertemu sang suami semata karena eratnya pekerjaan PR dan wartawan. Ketertarikan pada dunia jurnalistik membuat Prita ingin banyak berkontribusi dalam Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI). Seperti wartawan yang selalu belajar dari orang yang diwawancarai, begitupun Prita yang ingin selalu belajar dari setiap orang yang ia temui.
Family Comes First
Memasuki usia 12 tahun LSPR, ibu dari Ghina Amani Kemal Gani, Raysha Dinar Kemal Gani, dan Fauzan Kanz Kemal Gani ini sempat berniat mundur dari urusan akademik. Ia sempat berpikir mempekerjakan para profesional untuk mengelola LSPR. Niat mundur itu muncul setelah ia mendengar perkataan terapis yang menangani Raysha putri keduanya yang merupakan penyandang autis. Dengan tingkat autisme yang cukup berat, sang terapis meminta Prita untuk terjun langsung.
KOMENTAR ANDA