Ottoman Empire atau Kekhalifahan Utsmaniyah merupakan kekhalifahan Islam yang paling berpengaruh dalam sejarah. Kekuasaannya membentang dari benua Eropa, Asia, hingga Afrika. Wilayahnya meliputi Aljazair, Mesir, Armenia, Irak, Asia Kecil, Balkan, Bulgaria, Bosnia, Yunani, Hungaria, dan Rumania. Tiga laut, yakni Laut Hitam, Laut Merah, dan Laut Tengah, berada dalam genggaman Ottoman.
Berkuasa lebih dari enam abad, jejak Ottoman terukir pada bangunan-bangunan di kota Istanbul-Turki, yang dahulu merupakan pusat pemerintahan kerajaan Ottoman. Sebagai bekas negara Islam terbesar, di Turki tersebar masjid-masjid megah dengan arsitektur elegan. Kekhalifahan Utsmaniyah yang berkuasa dari tahun 1299 hingga 1922, meninggalkan banyak masjid dengan teknik arsitektur dan konstruksi yang melambangkan puncak kejayaan pada masanya.
Wisata masjid di Istanbul, tentu saja akan menyita waktu wisatawan karena banyaknya jumlah masjid di sana. Namun, masjid-masjid berikut ini adalah empat masjid yang banyak dikunjungi dan sangat diminati wisatawan asing. Tak lain karena latar belakang sejarah, disain yang megah dan cantik, dan keunikan yang dimiliki.
Blue Mosque
Rasanya tidak afdhal jika tidak mengunjungi ikon Istanbul yaitu masjid Sultan Ahmet atau dikenal dengan Blue Mosque. Masjid Biru yang dibangun tahun 1609 hingga 1616 selalu dipadati wisatawan asing sejak pagi. Masjid yang diarsiteki Mehmet Aga itu begitu anggun dan mengagumkan.
Ketika masuk ke dalam masjid, hampir seluruh interior berwarna kebiruan. Nama Blue Mosuqe diberikan karena interior masjid ini disusun dari ribuan keramik Iznik berwarna biru yang begitu mempesona. Di malam hari, masjid terlihat lebih indah dari kejauhan karena sinar lampu-lampu menjadikannya berwarna keemasan.
Dengan satu kubah utama, enam menara, dan delapan kubah kecil, Blue Mosque dianggap sebagai puncak perkembangan masjid selama dua dekade di Kekhalifahan Utsmaniyah. Disainnya merupakan perpaduan arsitektur Byzantium dan arsitektur tradisional Islam. Kubah utamanya sangat besar, menunjukkan kemajuan teknologi bangunan yang sangat maju pada zaman itu.
Little Hagia Sophia
Masih di area Sultanahmet, berdiri tegak Masjid Little Hagia Sophia. Anda akan terpukau dengan keindahan interiornya, yang meskipun tidak megah namun terlihat cantik. Kubah dan dinding masjid dihiasi kaligrafi bernuansa biru. Sekilas, arsitektur bangunan dan interiornya mirip dengan museum Hagia Sophia. Tak heran jika dinamakan Little Hagia Sophia.
Menurut penuturan penjaga masjid, bangunan ini didirikan oleh Kaisar Justinian I dari Kerajaan Byzantium pada tahun 527 dengan nama Hagia Sergios dan Gereja Bachos. Kemudian pada tahun 1497, gereja ini diubah menjadi masjid pada masa Sultan Beyazit II. Bangunan ini memiliki kubah segi delapan (oktagon) tanpa mosaik di dalamnya, yang kemudian dihiasi dengan kaligrafi dalam huruf arab setelah diubah menjadi masjid.
New Mosque
Selanjutnya, ada Yeni Cami alias New Mosque yang terletak sangat strategis di tepi Sungai Golden Horn. Yeni Cami dibangun tahun 1597 oleh Sultana Safiye, permaisuri dari Sultan Murad III yang kemudian menjadi Valide Sultan (Ibu Suri) Sultan Mehmed III. Pembangunan masjid ini terhenti karena krisis ekonomi dan politik pada tahun 1603 saat kematian Sultan Mehmed III.
Penerusnya, Sultan Ahmed I, tidak berniat meneruskan pembangunan karena dianggap pemborosan. Akhirnya, pada tahun 1660, setelah peristiwa kebakaran besar Istanbul, pembangunannya diteruskan bersamaan dengan pembangunan Spice Bazaar (Pasar Bumbu) di sebelahnya. Masjid ini bisa diselesaikan 3 tahun kemudian dan diberi nama baru Yeni Valide Sultan Cami.
Terletak di sisi selatan tepi Sungai Golden Horn (lebih tepatnya teluk) yang merupakan cabang dari Selat Bosphorus yang membelah kota Istanbul menjadi bagian Asia dan Eropa, masjid ini bisa dijangkau dengan trem dengan berhenti di stasiun Eminonu. Yang unik dari masjid ini adalah banyaknya burung merpati di depan masjid. Bahkan, ada semacam gardu tempat orang-orang bisa membeli makanan burung untuk dibagikan ke burung-burung liar tadi.
Masjid Suleymaniye
Menuntaskan safari masjid di Istanbul dengan berkunjung ke masjid terbesar yaitu Masjid Suleymaniye. Masjid ini tidak bisa dijangkau dengan trem. Stasiun trem terdekat adalah Laleli Universite. Dari sini, Anda masih harus berjalan kaki kira-kira 30 menit.
Suleymaniye Cami adalah masjid terbesar dan termegah di Istanbul yang didesain oleh arsitek handal Mimar Sinan atas perintah Sultan Suleymaniye (Sulaiman) yang Agung (Suleyman the Magnificent). Sultan Sulaiman adalah salah satu Sultan terbaik Turki yang dapat menghantarkan Kesultanan Turki untuk kembali mencapai masa kejayaan Islam.
Pembangunan dimulai pada tahun 1550 dan selesai tahun 1558. Terletak di Bukit Ketiga (Third Hill), masjid ini terlihat sangat berwibawa dengan pemandangan kota Istanbul yang luas di sekelilingnya. Masjid ini merupakan perpaduan arsitektur Byzantium dan Islam dengan menara yang tinggi dan ramping serta kubah besar seperti kubah pada Hagia Sophia.
Tinggi menara mencapai 72 meter, tertinggi dari semua masjid di Istanbul, sementara diameter kubah mencapai 26 meter, masih lebih kecil dari Hagia Sophia yang mencapai 31 meter. Menara memiliki 10 galeri yang menandakan bahwa Sultan Suleyman I adalah Sultan kesepuluh dari Kekhalifahan Utsmaniyah.
Museum Hagia Sophia
Salah satu bangunan bersejarah yang unik di Istanbul, Turki adalah Hagia Sophia atau Aya Sofya, yang berada di depan Blue Mosque. Keunikan Hagia Sophia adalah museum yang dulunya berfungsi sebagai gereja dan masjid.
Hagia Sophia dibangun oleh Eastern Roman Emperor Justinian I pada 537 M. Masa pemerintahan Eastern Roman Emperor Justinian I adalah masa kejayaan Romawi. Disain Byzantium pada Hagia Sophia adalah yang terbaik dan menjadi gereja Yunani Ortodox terbesar di dunia selama hampir 1000 tahun.
Pada tahun 1204, Hagia Sophia sempat mengalami kehancuran saat Konstantinopel diserang oleh Tentara Salib I, kemudian dibangun lagi menjadi Gereja Katolik Roma. Kekuatan Yunani Ortodoks yang bangkit tahun 1261 kemudian berhasil mengubah kembali Hagia Sophia menjadi Gereja Yunani Ortodoks hingga tahun 1453.
KOMENTAR ANDA