KOMENTAR

Dengan anak masa kini yang berpikiran kritis, orangtua tidak bisa hanya mengatakan “tidak suka” atau “tidak sreg” dengan pilihan anak. Harus ada penjelasan masuk akal yang dapat diterima anak di tingkatan usianya. “Dalam penyampaiannya juga harus disesuaikan dengan karakter anak,” jelas Galuh.

Bila anak tergolong pribadi yang sensitif, ibu dapat memulai dengan kalimat yang menyentuh hati, “Mama sedih sekali melihat kamu cuekin Mama, nggak mau main sama Mama, hanya gara-gara tidak boleh ikut klub skateboard….” Sementara di sisi lain, berikan alasan yang masuk akal dan to the point jika anak adalah tipe anak kritis yang selalu punya seribu pertanyaan.

Dalam perkembangan kehidupan anak, bakat yang dimilikinya pun akan berkembang. Tapi tentu saja akan berbeda antara satu individu dengan yang lain. Ada lingkungan yang mempengaruhinya. Ambil contoh, dua anak yang sama-sama menyukai musik. Anak yang datang dari keluarga yang suka musik berkemungkinan lebih terasah bakatnya dan mendapat kesempatan lebih luas untuk berprestasi di bidang musik dibanding anak lain yang datang dari keluarga yang tidak menyukai musik. Tapi bukan berarti bahwa anak yang datang dari keluarga yang tidak menyukai musik tidak bisa berhasil di bidang itu.

Ketika kita sebagai orangtua menemukan bakat anak, selama itu positif, kita harus ikhlas menanggalkan ego untuk memaksanya menjadi seperti yang kita inginkan. Sebuah talenta akan menjadi besar manakala tumbuh dalam pribadi yang mensyukuri talenta itu, mengasah talenta itu dengan segenap hati, dan menjadikan dirinya lebih baik dengan talenta itu. Dan kita tidak memiliki hak untuk merenggut karunia itu dari buah hati tercinta. Baca selengkapnya di Majalah Farah edisi 5 / Terbit Oktober 2018

Fotografer: Agung Hadiawan




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting