Termasuk tentang profesi apa yang ingin dijalani nanti, Idris dan Dewi sebagai orangtua hanya membimbing dan mendukung. Tidak ada paksaan anak-anak harus menjadi apa. Anak-anak harus mampu menentukan sendiri cita-cita mereka di masa depan.
Keluarga juga memahami bahwa keputusan Idris mencalonkan diri bukan ambisi pribadi yang terpupuk sejak lama. Ia juga bukan sengaja melamar untuk menduduki kursi anggota dewan. Tidak pernah meminta untuk dipilih menjadi caleg. Namun begitu, keputusannya kini ia jalani sepenuh hati. Ia berusaha sekuat tenaga dengan cara-cara yang baik, yang diridhai Allah.
“Setiap doa yang saya panjatkan, anak-anak saya pun mendoakan hal yang sama. Jika memang menjadi anggota dewan adalah jalan untuk lebih bermanfaat bagi umat, saya siap menjalaninya. Tapi jika lebih banyak mudaratnya, lebih baik Allah jauhkan saya. Terpilih atau tidak terpilih, itu hak ‘prerogatif’ Allah. “
Apa yang ia lakukan saat ini dijalani dengan ikhlas. Dalam arti, berusaha sekuat tenaga menghadirkan program-program yang bermanfaat nyata bagi kehidupan rakyat kecil. Tanpa harus ngoyo, tanpa harus memaksakan diri untuk ngetop.
Ia menjalankan filosofi hidupnya; ketika tangan kanan memberi, tangan kiri sebaiknya tidak perlu tahu. “Saya siap menang dan siap kalah. Saya yakin hasil nanti adalah jalan terbaik dari Allah,” pungkas Idris.
KOMENTAR ANDA