PN: Kembali lagi itu adalah perbuatan segelintir oknum. Jadi tidak bisa dipukul rata. Ibaratnya dalam satu sekolah ada 1-2 anak yang nakal, tapi tidak bisa dikatakan sekolah itu jelek. Masyarakat harus mampu membedakan bahwa yang berlaku negatif itu adalah orang, bukan institusinya. Saya kenal dengan beberapa orang di Senayan yang memang ingin berbuat kebaikan untuk rakyat. Mereka rapat dari pagi hingga larut malam, kadang sampai dini hari, beradu argumen. Pagi-pagi harus kembali lagi ke kantor.
Perempuan dalam Pemilu
F: Mengapa perempuan harus berpartisipasi dalam Pemilu?
PN: Perempuan wajib ikut serta dalam Pemilu. Ini menyangkut harkat dan martabat kita. Sebagai anak bangsa yang baik, perempuan memiliki porsi suara yang menentukan nasib masa depan bangsa ke depan. Memilih adalah jalan bagi perempuan untuk menyuarakan aspirasi, pendapat, dan bersuara tentang masa depan bangsa. Lagipula, laki-laki tidak mungkin hidup tanpa perempuan. Dibutuhkan pemikiran-pemikiran perempuan agar sebuah kebijakan bersifat multi dimensi.
F: Bagaimana dengan perempuan yang memilih untuk tidak memilih?
PN: Jangan golput! Kita sebagai warga negara memiliki hak untuk memilih. Jika nama kita tidak ada dalam DPT, segeralah protes. Kita punya hak, dan kita akan sangat merugi jika hak tersebut tidak kita manfaatkan dengan baik.
Jika alasan kita adalah tidak ada calon yang sreg di hati, paling tidak berikhtiarlah untuk melihat siapa yang paling lumayan. Toh, melihat rekam jejak seseorang di era teknologi informasi saat ini tidak sulit. Jangan sampai suara kita yang tidak terpakai dipermainkan oleh pihak yang nakal untuk kepentinga golongan tertentu.
KOMENTAR ANDA