KOMENTAR

AM: Kami mengharapkan dukungan yang lebih besar dari pemerintah maupun dari masyarakat Indonesia sendiri untuk terus bersemangat dan mencintai produk-produk tradisional Indonesia. Dengan begitu, produk anak bangsa akan terus berkembang maju, baik di pasar Indonesia maupun internasional. Dukungan pemerintah termasuk membantu para perajin kecil di berbagai daerah untuk mengembangkan sektor industri ekonomi kreatif.

F: Bagaimana respons pemerintah terkait hal ini?

AM: Yang diharapkan adalah penghargaan dari pemerintah dan Presiden akan budaya wastra tradisional, seperti tenun-tenun songket Indonesia.Salah satu perjuangan saya bersama KTTI yang mewakili aspirasi para perajin di tanah air adalah mengajukan permohonan resmi kepada Presiden RI Joko Widodo tentang Hari Tenun Nasional. Alhamdulillah, melalui proses panjang, permohonan tersebut disetujui. Ini merupakan satu bentuk perlindungan dan pelestarian budaya tenun tradisional.

Melalui Keputusan Presiden yang ditandatangani tahun 2019 ini, berdasarkan pertimbangan yang matang berdasarkan kajian akademik, hukum, dan aspek-aspek pendukungnya, seluruh masyarakat Indonesia merayakan Hari Tenun Nasional setiap tanggal 7 September. Adapun sebelumnya, Hari Batik Nasional telah lebih dulu diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setiap tanggal 3 Oktober. Dengan diresmikannya Hari Tenun Nasional, saya berharap para perajin terus bergairah mengembangkan tenun dan songket agar maju lebih pesat dan membanjiri pasar domestik maupun mancanegara.

Nantinya, akan ditetapkan pula kebijakan dua hari dalam satu minggu untuk mengenakan busana bernuansa tenun Indonesia. Hal itu sudah disetujui Ketua DPR RI dan jajaran pemerintah terkait. Kami bersama pemerintah mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk terus mencintai produk asli Indonesia. Sebab, jika bukan berharap pada anak bangsa untuk mencintai budayanya sendiri, lalu kita akan berharap pada siapa lagi?

 

F: Ibu juga berprofesi sebagai disainer. Dari empat putra dan putri Ibu, adakah yang mengikuti jejak langkah ibu memiliki fashion brand?

AM: Putra kedua saya, Dicka, memiliki brand RMD Collection dan RMD & Co., yang diperuntukkan bagi executive muda milenial. Dicka kuliah di jurusan Management Development Business International. Jadi, Dicka lebih bisa meng-handle dan membantu saya untuk pengembangan brand untuk kaum muda, khususnya men’s wear. Ia fokus mengembangkan Batik Men’s Wear. Rancangan busana-busana kami tidak hanya busana muslim, tetapi juga konvensional. Karena untuk go-international, jika kita tidak menyesuaikan budaya di negara lain, kita akan tertinggal. Sementara kita perlu pemasaran yang tidak monoton hanya sebatas produk muslim. Tetapi brand Marsya memang diperuntukkan untuk muslim.

Saya sendiri memiliki beberapa lini fesyen. House of Marsya (holding company), mengembangkan tenun songket Indonesia menjadi produk-produk fesyen, dan produk-produk kreatif lainnya seperti kerajinan, home décor, interior, yang semuanya berbasis atau bernuansa tenun-tenun tradisional. Sementara Anna & Co. merupakan brand internasional yang mengangkat produk-produk konvensional dengan disain ready to wear, high-end, dan casual. Sementara Marsya & Co., rancangannya lebih menyasar kaum milenial untuk hijab dan nonhijab.

Putra pertama saya sudah menyelesaikan progam S2-nya. Sementara putri kembar saya yang baru akan menginjak SMA juga akan meneruskan jejak saya. Sejak SD, sudah terlihat bakat mereka mendisain busana. Karena memang sejak kecil mereka sudah melihat aktivitas yang saya lakukan. Mereka juga selalu saya libatkan dalam kegiatan di dunia pembinaan, dunia kain, disain, dan fesyen, sehingga mindset mereka terbentuk dengan sendirinya, tanpa paksaan. Alhamdulillah mereka sudah memiliki modal dasar kemampuan untuk membuat disain.

F: Seperti apa bentuk pemasaran yang selama ini dijalankan?

AM: Kami memiliki galeri khusus, butik khusus, dan beberapa gerai-gerai di mal. Kami juga memiliki perwakilan di Indonesia Fashion Gallery di New York. Yang akan datang, kami juga akan hadir di Dubai, Mekkah, Madinah, dan beberapa negara Timur Tengah yang sudah meminta brand kami. Mungkin setelah IIIF 2019 ini, kami akan fokus mengembangkan pemasaran di Timur Tengah dan Eropa. Karena pasar kita untuk etnik tradisional cukup banyak peminatnya di luar negeri. Terakhir, kami akan mengembangkan di pasar Jepang.

Sosok Penggagas Indonesia International Islamic Fair 2019

PERANCANG tenun dan songket Anna Mariana membuat gebrakan baru di tahun 2019 dengan menjadi  penggagas sekaligus Pendiri  dan Dewan Pembina dalam ajang Indonesia International Islamic Fair (IIIF) 2019. Selain Anna, ada sejumlah nama  lain yang terlibat, yakni Ir. Wahyono Bimarso. Dipl. HE (Ketua Penyelenggara), Kartika Mega Wardhani (pendiri), Ahmed Mohammed Khowaisat (pendiri dan konsultan event dari Arab Saudi).

Tak tanggung-tanggung Anna mendapat dukungan penuh dari Kementerian Agama RI, Kementerian Pariwisata RI, Pemprov DKI , Pemkot Tangerang Selatan, Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi, Kedutaan Besar Turki, serta Kadin Timur Tengah, Dewan Masjid Indonesia, Pengurus Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia (KTTI). “Secara teknis yang akan bergerak di lapangan adalah tim konsultan event juga tim kami dari House Of Marsya,” ujar istri Tjokorda Ngurah Agung Kusumayudha SH, MS, MSC ini.

Bertempat di Balai Kartini Jakarta, IIF akan digelar dari tanggal 9-11 Mei 2019. Event berskala internasional ini akan menghadirkan keragaman budaya masyarakat Islam global maupun Indonesia melalui kegiatan lintas bisnis syariah, pertukaran budaya, pendidikan, promosi wisata, serta kuliner halal. Melalui program ini, diharapkan terwujud kerjasama di bidang ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan masyarakat Islam sedunia, serta menjadi forum yang berkelanjutan.

“Ada beberapa lomba yang melibatkan  pelajar dan mahasiswa. Kami juga bekerja sama dengan banyak nama populer, salah satunya Ustaz H. Yusuf Mansyur. Selain akan menjadi narasumber dalam talkshow bernunasa Islami, akan tampil pula siswa-siswa potensial yang hafiz Qur’an, dari pesantren DaQu milik Ustaz untuk ikut berkompetisi  dalam lomba tilawah Quran, hafalan surat pendek maupun lomba dai,” ungkap Anna.

Event IIIF 2019 akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, selaku Ketua Dewan Masjid Indonesia bersama Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Yahya Al Hassan Alqahtani.

Saat ditanya tentang sambutan masyarakat, Anna mengatakan bahwa antusiasme masyarakat sangat tinggi. Ada kurang lebih 300 pelaku usaha yang berpartisipasi, terdiri dari produk fesyen, pertanian, agro industri, produk wisata halal, produk kuliner halal, produk finansial, dan masih banyak lagi. Semua akan dipamerkan di ajang IIIF 2019. “Kami coba mengangkat semua produk yang ada di Indonesia sehingga semua industri akan bergerak, seiring dengan industri yang memang bagus untuk bisa masuk ke pasar Internasional.”

Penyelenggara IIIF 2019 menargetkan angka 10.000 sampai 30.000 pengunjung selama tiga hari. Target omzet maksimal meskipun angka tersebut dinilai relatif. IIIF 2019 juga diharapkan dapat membantu para pengusaha UKM,dan para pelaku industri. Dalam acara tersebut, tidak hanya menjual retail, tetapi juga B2B (Business to Business). “Kami memfasilitasi para pelaku usaha yang ikut dalam ajang pameran IIIF 2019,” kata Anna.

Tentang pemasaran B2B, Anna menjelaskan bahwa selama membina para perajin tenun dan songket, ia benar-benar mengajarkan pada mereka bahwa target yang dicapai bukan hanya skala nasional, tapi juga internasional. Karena itulah produk yang dihasilkan lebih kepada premium class, karena jika ingin menjual ke luar negeri tentulah harus menyajikan produk berkualitas tinggi. Ada kurasi yang ketat dan kriteria yang khas. Anna menambahkan, produk yang ingin masuk pasar internasional harus memerhatikan pilihan look yang berbeda dari masyarakat Indonesia. High quality dan pemahaman look internasional itu dua hal yang selalu ditekankan kepada para pelaku usaha tanah air.

“Kami menyeleksi dengan ketat setiap disainer yang akan ikut masuk ke pasar internasional. Mereka yang belum memenuhi syarat akan kami tingkatkan lagi pembinaannya hingga produk mereka dapat masuk ajang IIIF di tahun berikutnya,” ujar Anna.

IIIF merupakan satu-satunya islamic event yang didukung Kementerian, Kedutaan Besar Arab Saudi, dan Kedutaan negara-negara lain. Anna berharap melalui event ini, produk-produk halal juga produk Islamic lainnya bisa menjadi fasilitas untuk para pelaku usaha yang ingin mengembangkan atau bekerja sama dengan buyers yang ada di pasar international.

Hal senada juga menjadi harapan dari Presiden Jokowi yang ingin produk UKM, IKM, Pertanian, Perdagangan, dan semua yang bisa dikolaborasikan dengan luar negari, harus diangkat seluas-luasnya. Melalui ajang ini, pelaku industri dalam negeri bisa menjajaki kerjasama dengan para pelaku usaha atau investor, dan buyer yang ada di Timur Tengah dan negara lain yang juga antusias ingin mengenal lebih jauh dan ingin bekerja sama dengan produk asli Indonesia, terutama produk tradisional.

IIIF 2019 mengusung tema “Sejarah Pembuatan Kiswah”. Mengapa? Karena pembuatan kiswah memiliki chemistry dan hubungan yang sangat erat antara budaya Arab dan budaya Indonesia. Pada IIIF 2019 ini kami juga akan memamerkan Kiswah Ka’bah asli dari Makkah al-Mukaromah.




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women