MEMBANGUN kebahagiaan keluarga dan masyarakat Bekasi menjadi dua prioritas yang menghasilkan sinergi penuh cinta kasih
Tri Adhianto Tjahyono, terpilih sebagai Wakil Walikota Bekasi untuk periode 2018-2023 mendampingi petahana Rahmat Effendi. Sebelumnya, Mas Tri—panggilan akrabnya, menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Penataan Ruang Kota Bekasi. Keberhasilan Tri tentu diraih berkat dukungan seluruh masyarakat Bekasi serta doa dari keluarga tercinta. Dwi Setyowati yang akrab disapa Wiwiek Hargono menjadi sosok tangguh di belakang karir Tri. Kehidupan rumah tangga yang mereka arungi kini memasuki usia 21 tahun. Jatuh bangun mereka lalui bersama. Kini, mereka mengabdikan diri untuk kota Bekasi tercinta.
Perempuan Bekasi Tangguh
Menurut pandangan Wiwiek, kota Bekasi memiliki sumber daya manusia yang besar, terutama kaum perempuannya yang memiliki potensi luar biasa. Perempuan Bekasi mempunyai daya kreatif dan daya juang yang tinggi. Mereka mampu melawan kesulitan hidup. “Perempuan tidak harus melulu mengurusi dapur, sumur, dan kasur. Tetapi juga harus mampu mengisi waktu luang dengan kegiatan yang menghasilkan. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari dengan suami kita. Dengan memiliki penghasilan, berarti kita sudah mempunyai pegangan untuk melanjutkan perjuangan hidup,” jelas Wiwiek.
Wiwiek melihat UMKM di Bekasi didominasi kaum perempuan, mulai dari usaha produk makanan, fesyen, juga industri kreatif lainnya. Mereka yang sudah memiliki keahlian, memiliki kesadaran yang tinggi untuk berbagi ilmu dengan mengadakan pelatihan-pelatihan gratis, salah satunya melalui komunitas @sahabatbutri. Melalui wadah tersebut, Wiwiek menyiapkan banyak program yang membantu menghapus kesenjangan peluang ekonomi dan kemandirian antara perempuan dan laki-laki.
Menyentuh Generasi Milenial
Diakui Wiwiek, ia lebih senang terjun langsung dan menyentuh kaum muda. Salah satu hal yang mendapat perhatian besarnya adalah bagaimana mengubah sudut pandang generasi muda tentang berumah tangga. Kepedulian itu didasari hasil beberapa penelitian yang mengatakan bahwa tingkat kekerasan dalam rumah tangga dan tingkat perceraian di Kota Bekasi masih terbilang tinggi.
Istri Wakil Walikota yang gemar menulis ini tak lelah mengajak masyarakat Bekasi untuk selalu berpikir dan berperilaku positif. Karena alasan tersebut jugalah, belum lama ini ia menjadi produser film Terima Kasih Cinta. Sebuah film yang diangkat dari kisah nyata Odapus (Orang dengan Lupus) Eva Meliana Santi, yang disadur dari Novel karya Djono W. Oesman berjudul 728 Hari. Melalui film tersebut, selain untuk mem-branding kota Bekasi, Wiwiek juga ingin mengedukasi seluruh masyarakat melalui tontonan yang bermutu. Dalam Terima Kasih Cinta, putra bungsu Wiwiek, Bintang, turut berakting. Bintang yang memang memiliki jiwa seni tinggi piawai memainkan perannya sebagai Aldo.
Semua Karena Takdir Ilahi
Sebelum menjadi istri seorang pejabat publik, Wiwiek bekerja di perusahaan pelayaran. Setiap pekan pasangan ini selalu menyempatkan berbelanja ke pasar sambil membicarakan banyak hal, tentang anak-anak maupun pekerjaan. Mimpi Wiwiek sederhana, ketika pensiun, ingin jalan berdua saja dengan suami naik angkot untuk mengambil uang pensiun.
Namun takdir berkata lain. Setelah 25 tahun Tri Adhianto menjabat sebagai PNS dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Penataan Ruang Kota Bekasi, Tri dipinang untuk menjadi Wakil Walikota Bekasi mendampingi petahana, Rahmat Effendi.
Keputusan Tri maju menjadi calon Wakil Walikota mengharuskannya mengundurkan diri dari jabatan sebelumnya. Hal ini yang dirasa Wiwiek amat berat. Ia menjadi orang pertama yang menentang. Karena menurutnya, menjadi pemimpin itu sangat berat pertanggungjawabannya, baik di dunia maupun di akhirat. Meskipun ia berusaha ikhlas, namun kesedihan tetap menyelimuti.
Sampai suatu ketika, hati Wiwiek akhirnya luluh juga. Di suatu subuh—seperti kebiasaan yang kerap mereka lakukan, mereka menyempatkan waktu untuk berdiskusi. “Ada kata-kata Bapak yang menyentuh hati ketika saya tanyakan alasannya mencalonkan diri. Jawabnya simple, Bapak bilang kalau ia senang bisa menolong banyak orang,” kenang Wiwiek.
Mendengar niat mulia itu, Wiwiek ikhlas dan ridha dengan keputusan suaminya mencalonkan diri. Ia selalu mendukung dan mendoakan setiap langkah yang ditempuh sang Imam keluarga. “Saya yakin dan percaya semua ini merupakan takdir Allah yang tidak bisa kita hindari. Kami tidak pernah berambisi, bermimpi saja tidak. Tetapi kalau Allah yang menentukan, semua itu pasti mengandung kebaikan buat saya, keluarga, maupun orang banyak,” jelas Wiwiek.
Menanamkan Nilai Keislaman Sejak Dini
Pasangan yang dikaruniai tiga anak ini, M. Mahendra Ghani Adhitya Putra—sedang menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian, Semarang, Sabrina Dhia Salsabila—Mahasiswi Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, dan Adhitya Zhariif Bintang Kaamil—kelas VI SD, selalu terlihat harmonis dan bersahaja.
Sang kepala keluarga yang sudah terbiasa mengerjakan puasa Senin-Kamis sejak duduk di bangku SMP kemudian menularkan kebiasaan baik itu kepada anggota keluarganya. Tak hanya puasa sunnah, Tri dan Wiwiek pun membiasakan shalat Tahajjud sejak anak-anak masih kecil. Sebagai orangtua, keduanya berhasil menjadi suri teladan lewat ibadah rutin yang tak mereka tinggalkan. Dengan demikian, anak-anak pun tidak ragu untuk mencontoh.
Awalnya Wiwiek memang harus mengiming-imingi dengan imbalan, tetapi lama-kelamaan mereka terbiasa mengerjakannya tanpa paksaan. Wiwiek pun mempunyai trik-trik khusus agar si bungsu terbiasa. “Kadang saya ‘bermain sinetron’. Saya ajak anak saya bicara dari hati ke hati sambil (pura-pura) menangis. Saya kasih gambaran agar Bintang membayangkan bagaimana tidak enaknya tinggal di neraka. Bagi saya cara ini efektif yang mampu menyentuh hatinya.”
Wiwiek selalu berupaya agar anak-anak tidak menjadi tinggi hati dan selalu membumi. Menurut Wiwiek, setiap anak memiliki karakter unik sehingga cara men-treatment mereka juga tidak bisa disamakan. Terutama untuk si bungsu yang terpaut jarak cukup jauh dari kedua kakaknya.
Tentang pendidikan anak, Wiwiek menekankan pentingnya sinergi ayah dan ibu dalam menyatukan visi misi membentuk karakter anak menjadi saleh dan salehah sesuai perintah agama. Selama ini ia melihat banyak orangtua salah kaprah karena menyerahkan tanggung jawab mendidik anak hanya di pundak ibu.
Quality Time dengan Cara Berbeda
KOMENTAR ANDA