Itulah sebabnya PLTU batu bara harus lebih banyak dioperasikan. Yang gas dan solar diistirahatkan. Hanya untuk cadangan.
Kelebihan PLTU batu bara adalah: murahnya tadi.
Tapi punya kelemahan: begitu mati tidak bisa langsung dihidupkan.
Itulah yang terjadi minggu lalu. Semua PLTU batu bara mati mendadak. Yang di sekitar Jakarta. Akibat rusaknya keseimbangan beban. Yang dipicu oleh sengon satu triliun itu.
Untuk menghidupkannya lagi prosesnya panjang. Dan lama. PLTU itu harus didinginkan dulu. Perlu waktu 8 jam. Sambil dilakukan pemeriksaan menyeluruh.
Lalu batu baranya dimasukkan lagi. Dinyalakan. Agar air di boiler mendidih lagi. Untuk menghasilkan uap. Itu pun harus ditunggu dulu. Agar uapnya terkumpul banyak. Sampai memiliki tekanan sekitar 140 ton. Tergantung desain kapasitasnya.
Setelah itu barulah katup uap dibuka. Uap menggerakkan turbin. Untuk menghasilkan listrik.
Total perlu waktu sekitar 12-16 jam untuk bisa menghasilkan listrik lagi.
Kelemahan pembangkit gas/solar adalah: biaya operasionalnya mahal.
Kelebihannya: bisa dihidupkan kapan saja. Paling hanya perlu waktu 1 jam untuk bisa menghasilkan listrik.
Kalau gasnya ada. Dalam keadaan siap. Kalau solarnya ada. Dalam keadaan siap.
Kenapa minggu lalu pembangkit-pembangkit gas/solar tersebut tidak segera dihidupkan? Sambil menunggu PLTU Batubara menghasilkan listrik lagi?
Saya tidak tahu.
Persoalannya: siapa yang berwenang memerintahkan menghidupkan?
Saya tidak tahu.
Yang saya tahu, ini menyangkut biaya besar. Bisa ratusan miliar rupiah.
Bolehkah bawahan berinisiatif menghidupkannya?
Saya pastikan: tidak akan ada yang berani. Bisa jadi suatu saat ia disalahkan. Bisa dianggap merugikan keuangan negara. Alasan darurat biasanya sulit diterima secara hukum.
Apalagi kalau ada putusan atasan: untuk tidak gampangan menjalankan pembangkit gas/solar.
Semua itu kelihatannya soal teknis. Tapi sebenarnya itu mirip tahu campur --campur kebijakan.
Kebijakan itu dua macam: kebijakan negara dan kebijakan perusahaan (PLN).
Penyebab teknis biasanya sulit dimengerti --oleh yang tidak ahli kelistrikan. Apalagi kalau menjelaskannya juga sangat teknis.
Jadi, lamanya mati listrik Minggu-Senin lalu itu karena kebijakan atau teknis?
Persisnya saya tidak tahu. Apalagi saya lagi di negeri jauh.
Mungkin prioritas di PLN kini sudah bergeser: harus laba besar. Apa pun motifnya.
KOMENTAR ANDA