Dahlan Iskan saat melayat ke kediaman SBY/Ist
Dahlan Iskan saat melayat ke kediaman SBY/Ist
KOMENTAR

 

"Jangankan ke luar negeri. Ke kota lain pun belum bisa. Bayangan Ibu Ani masih ikut terus. Ke mana pun saya pergi pasti ada kenangan dengan Ibu Ani," ujar beliau.

Saya tahu betapa menyatu pak SBY dengan istrinya. Bukan hanya untuk masa yang panjang. Bukan hanya serasi. Tapi juga sangat intens. Intensitas hubungan itu begitu  tinggi. Pun dalam masalah politik.

"Baru minggu depan terpaksa harus ke Bandung," ujar beliau. "Pak Hatta terima gelar doktor dari ITB," tambah beliau.

Hatta Rajasa adalah besan. Juga menteri di masa kabinet beliau. Termasuk menjabat Menko Perekonomian.

"Di Bandung nanti saya minta dicarikan hotel yang tidak ada kenangan dengan Ibu Ani," ujar beliau.

Saya pun tidak mau menambah kesedihan beliau.

Mungkin bicara politik lebih bisa mengalihkan kesedihan itu. Maka saya pun memulai bicara politik.

Mulai dari mengapa Mas Agus berhenti dari dinas ketentaraan saat pangkatnya masih mayor. Agus Harimurti Yudhoyono adalah anak sulung beliau. Yang sangat pandai. Ganteng. Lulusan Akmil terbaik.

Karir militernya lancar. Mestinya akan bisa mencapai pangkat jendral. Tapi baru di mayor sudah memutuskan berhenti. Saya ingin tahu cerita panjangnya. Siapa yang berinisiatif untuk berhenti. Meski tidak untuk saya tulis.

Termasuk saya tanyakan juga: mengapa Mas Agus itu tidak langsung saja jadi ketua umum Partai Demokrat. Toh sudah nekat hanya akan terjun ke politik.

Tentu saya juga bertanya soal mengapa tidak jadi gabung ke koalisi. Cerita panjangnya seperti apa.

Pokoknya apa saja saya tanyakan. Termasuk yang agak sensitif: mengapa Ibu Megawati Soekarnoputri masih belum bisa menerima penggabungannya. Terutama apakah betul begitu.

Hanya satu yang saya tidak berani menanyakan: mengapa berat badannya tidak turun-turun.

Saya khawatir pertanyaan seperti itu hanya akan menambah kesedihan beliau.

Dan lagi, berat badan saya sendiri kini naik 3 kg. Gara-gara 12 hari di Xinjiang. Lemak dari kambing pantat besar di sana ada yang ikut ke darah saya.

Satu jam sudah kami berbincang. Tiba-tiba ada suara anak kecil. Sendirian. Dari arah dalam. Lari-lari. Mendekat ke arah Pak SBY.

Anak kecil itu termangu melihat saya. Lalu menempel ke pangkuan beliau. Sambil seperti mau mengambil kue di depan saya.

"Yang ini saja," kata Pak SBY kepada cucunya itu. Sambil menyodorkan kue di depan Pak SBY. Setelah menerima kue itu sang cucu lari ke dalam lagi.

Itulah Pancasakti Maharajasa Yudhoyono. Putra kedua Mas Ibas Edhie Baskoro Yudhoyono, adik mas Agus.

Cucu seperti itulah yang kini jadi penghibur hati beliau. Ibas dan keluarganya kini ikut tinggal di Cikeas menemani sang ayah.

Sebagai intelektual, Pak SBY tahu kesedihan jenis apa yang sedang dialaminya sekarang ini. Yakni masa sulit setelah ditinggal istri tercinta.

Beliau sengaja membaca beberapa buku yang membahas 'masa-masa sulit' seperti itu. Juga membaca beberapa artikel terkait.

Beliau optimistis masa sulit itu akan bisa diatasi. Pada saatnya. Hanya perlu waktu.

Semua orang mengalaminya. Itu sangat manusiawi. Ada yang bisa teratasi dalam sebulan. Setengah tahun. Ada yang perlu satu tahun. Bahkan ada yang harus sampai satu setengah tahun.




Ji Chang-wook Gelar Fansign di Jakarta 12 Mei Mendatang, Siap Suguhkan Pengalaman Istimewa bagi Para Penggemar

Sebelumnya

Cerita Pengalaman Vloger asal China Menginap di Hotel Super Murah Hemat Bajet

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Disway