Perlintasan perbatasan teramai di dunia adalah antara Hongkong dan Shenzhen.
Sejak itu Hotel Metropole Kowloon kehilangan bisnis. Tapi seiring dengan hilangnya SARS dari muka bumi orang melupakan juga kamar 911 itu.
Tiga tahun kemudian hotel itu direnovasi. Termasuk namanya pun diganti. Menjadi Hotel Metropark Kowloon. Jumlah kamarnya 487 buah kini tinggal 486 buah. Kamar 911 itu diubah nomornya menjadi No 913.
Rencana awalnya untuk museum SARS.
Bisnis hotel itu belakangan sudah ramai lagi. Hampir selalu penuh. Letaknya memang strategis. Hanya selemparan batu dari stasiun MTR Mongkok yang tahun lalu sering didemo itu.
Kini virus Wuhan juga sudah masuk Hongkong. Tapi belum separah dulu --kalau bisa jangan sampai. Yang terkena virus Wuhan sudah/baru 10 orang. Yang meninggal dunia 0.
Waktu SARS dulu Kanada menempati urutan ketiga setelah Tiongkok dan Hongkong. Dengan korban meninggal 43 orang. Sekitar 17 persen orang Kanada yang terkena virus Hotel Metropole meninggal dunia.
Urutan keempat adalah Taiwan (37 meninggal). Dan yang kelima Singapura (33 orang meninggal).
Sampai SARS reda di pertengahan tahun 2003 belum ditemukan obatnya. Antibiotik tidak bisa mematikan virus --apalagi SARS atau Wuhan.
Karena itu banyak yang mengaitkan redanya virus saat itu dengan datangnya musim panas.
Adakah virus Wuhan ini juga akan reda sendiri ketika musim panas tiba? Di bulan April nanti?
Kalau pun itu yang terjadi berarti masih harus berapa banyak lagi korban yang akan jatuh sampai April itu?
Sampai saat ini cara isolasi adalah masih yang paling ampuh. Membatasi hubungan antar manusia, juga manusia dan binatang, adalah pencegahan paling efektif.
Maka berperilakulah yang bersih. Sering-sering cuci tangan dengan sabun.
Apalagi bagi orang yang punya riwayat sakit terkait dengan pernapasan.
Robert Lai terus menelepon saya dari Singapura. Sehari tiga kali. Ia memonitor saya ke mana saja. Ketika saya kemukakan akan ke Jakarta ia keberatan.
"Rapat penting," kata saya.
"Ganti dengan video call," katanya.
"Suhu Jakarta panas," kilah saya. "Singapore juga panas. Nyatanya ada yang terkena," bantahnya.
Robert, teman baik saya itu, mengategorikan saya sebagai yang rawan terkena virus. Maklum setiap hari saya harus meminum obat immunosuppression. Kekebalan tubuh saya sengaja diturunkan. Agar hati baru saya tidak ditolak oleh sistem tubuh saya.
Saya juga mengingatkan teman-teman sesama penerima transplantasi organ untuk lebih hati-hati. Termasuk teman saya di Balikpapan yang sukses menjalani ganti jantung di Beijing.
Saya bertemu ia makan kepiting di Balikpapan tiga hari lalu. Yakni saat koran DI's Way Kaltim menjamu para pengusaha di restoran kepiting. Ia tampak sehat. Namanya A Liong. Ternyata sudah naik haji segala.
Tentu saya juga harus mengurangi banyak perjalanan. Beberapa janji di luar negeri saya batalkan. Saya juga tidak akan menghadiri resepsi perkawinan besar pengusaha tekstil Solo di Jakarta. Saya sudah minta maaf untuk ketidak hadiran itu.
Para ilmuwan masih terus penasaran pada virus SARS dan apalagi Wuhan ini. Tahun lalu baru benar-benar dipastikan bahwa virus SARS datang dari kelelawar.
KOMENTAR ANDA