Warga Pakistan bahu-membahu memberika bantuan kepada sesama di tengah wabah virus corona/BBC
Warga Pakistan bahu-membahu memberika bantuan kepada sesama di tengah wabah virus corona/BBC
KOMENTAR

PAKISTAN merupakan salah satu negara di dunia yang saat ini juga tengah menderita akibat wabah virus corona atau Covid-19.

Menurut data worldometers.info, per hari Rabu (1/4), tercatat ada 2.042 kasus infeksi virus corona di Pakistan dengan 26 kematian dan 82 pasien sembuh.

Seperti banyak negara, Pakistan juga telah memberlakukan tindakan pencegahan yang ketat dalam menanggapi pandemi virus corona, termasuk menutup sekolah, melarang pertemuan publik dan menutup semua bisnis yang tidak menjual bahan makanan atau obat-obatan.

Namun, tidak seperti beberapa negara lain yang telah memerintahkan tindakan serupa, efek dari penutupan yang berkepanjangan di Pakistan dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang jauh lebih mengerikan dan berpotensi fatal.

Dalam pidato terkait virus corona baru-baru ini, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan secara blak-balakkan mengatakan bahwa 25 persen warga Pakistan tidak mampu makan dua kali sehari.

Karena Pakistan mengeluarkan langkah-langkah ketat untuk mengerem penularan virus corona dan memaksa orang untuk tinggal di rumah, diperkirakan banyak penerima upah harian di negara tersebut yang terancam kelaparan. Mereka mencakup pedagang kaki lima hingga tukang semir sepatu.

Dalam pidato yang sama, Khan menyimpulkan kenyataan pahit.

"Jika kita mematikan (lockdown) kota-kota, kita menyelamatkan mereka dari virus corona di satu sisi, tetapi mereka akan mati karena kelaparan di sisi lain," kata Khan.

"Pakistan tidak memiliki persyaratan yang berada di Amerika Serikat atau Eropa. Negara kita memiliki kemiskinan yang parah," sambungnya,

Namun di tengah kondisi pelik tersebut, Pakistan bukan tanpa harapan.

Di tengah pandemi, rakyat Pakistan terikat bersama untuk membantu mereka yang kurang beruntung dengan cara yang unik dan inspiratif. Kata kuncinya adalah Islam.

Di negara mayoritas Muslim itu, warganya saling mengulurkan tangan satu sama lain untuk menguatkan. Mereka yang memiliki kecukupan, membantu mereka yang kekurangan dengan memberikan zakat, infak dan sedekah.

Salah satu bentuknya adalah di ibukota, Karachi, di luar toko klontong yang buka, pemandangan tidak biasa terjadi selama dua minggu belakangan.

Dimuat BBC Travel pekan ini, alih-alih bergegas pulang setelah berbelanja untuk menghindari terkena virus corona, banyak warga Pakistan yang menyempatkan diri untuk berhenti di luar toko untuk menawarkan makanan, uang, atau bantuan lainnya kepada orang-orang kurang mampu yang meminta bantuan.

Tidak jarang, bantuan yang diberikan disertai dengan permintaan kepada penerima, "Berdoalah agar wabah virus corona segera berakhir".

Warga Muslim Pakistan sendiri diketahui memiliki karakter yang kuat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Banyak dari warga Muslim Pakistan yang meyakini bahwa dunia ini bersifat sementara dan semua dianugerahkan dari kebajikan Sang Pencipta. Karena itulah, zakat merupakan hal yang dianggap penting.

Konsep zakat sendiri bagi warga Muslim Pakistan membawa gagasan bahwa mereka yang kurang beruntung memiliki andil dalam segala hal yang dimiliki masyarakat untuk sementara waktu.

Ketika banyak warga di seluruh dunia fokus pada bagaimana membersihkan diri secara fisik selama wabah virus corona, warga Pakistan umumnya berpikir soal bagaimana membersihkan diri secara rohani.

Seorang ahli biologi molekuler di Universitas Hamdard di Karachi, Pakistan, Dr Imtiaz Ahmed Khan, menjelaskan bahwa bagi warga Pakistan, zakat sama dengan pembersihan spiritual. Bahkan ada ungkapan populer dalam bahasa Pakistan yang berbunyi "Paisa haath ki meil hai", yang artinya adalah uang seperti kotoran di tangan seseorang.

"Zakat menghilangkan kotoran dari kekayaan," tambah Dr Khan.

"Saya bertanggung jawab jika ada tetangga saya yang pergi tidur dengan lapar. Bagaimana saya bisa memiliki dapur yang terlalu banyak menimbun sementara salah satu tetangga saya membutuhkan?" sambungnya.

Semangat kemurahan hati tertanam kuat dalam DNA Pakistan. Faktanya, di 47 negara mayoritas Muslim di dunia, kontribusi zakat biasanya bersifat sukarela.

Tetapi Pakistan adalah satu dari hanya enam negara mayoritas Muslim di mana zakat diamanatkan dan dikumpulkan oleh pemerintah.

Lebih jauh, menurut Rizwan Hussain, penulis The Oxford Encyclopedia of the Islamic World, Pakistan adalah satu-satunya negara yang didirikan atas nama Islam. Spiritualitas yang taat ini tercermin dalam hukumnya.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur