Maka masuk akal kalau jam tangan itu sebenarnya sudah dibuang oleh Pak Liew karena malu. Sebagai CEO yang hebat kok pakai jam tangan Vacheron Constantin palsu. Itu pun dibuang setelah 10 tahun.
Ternyata diakui jam tangan itu dibeli pada 2000-an. Di pinggir jalan. Di Shanghai. Lalu tahun 2010-an dibuang ke tempat sampah. Diambil oleh Mbak Parti, yang juga tidak tahu bahwa itu merek jam yang sangat mahal.
Begitulah. Sebagian besar barang yang dituduhkan itu adalah barang rusak yang sudah dibuang. Atau sudah ditaruh di dekat tempat sampah.
Mbak Parti yang menyelamatkannya. Untuk dibawa ke Indonesia. Suatu saat nanti.
Anil juga bisa menggali perilaku Pak Liew dan keluarganya. Mereka adalah bukan tipe orang yang suka menumpuk dan menyimpan barang-barang lama. Watak seperti itu dalam bahasa psikologi disebut hoarder.
Pak Liew bukan seorang hoarder. Demikian juga istri dan anak-anaknya. Maka masuk akal kalau barang-barang bekas itu tidak perlu disimpan.
Apalagi, Anil bisa membuktikan bahwa sebagian besar barang bekas itu dibuang saat Karl kawin dan harus pindah rumah. Banyak barang yang Karl tidak mau membawa pindah.
Tapi dari mana Pak Liew tahu bahwa barang-barang yang begitu banyak itu "dicuri" Mbak Parti?
Kita flashback ke masa ketika Mbak Parti dipecat. Yakni ketika tiga boks jumbo itu diserahkan ke Karl untuk dikirim ke alamat Indonesia.
Keesokan harinya Ny Liew berbincang dengan Karl bagaimana cara mengirim tiga boks jumbo itu. Jangan-jangan nanti timbul masalah hukum yang akan mencelakakan. Terutama mengenai apa saja isi tiga boks jumbo itu. Jangan-jangan ada barang ilegalnya. Mereka pun sepakat untuk membuka tiga boks jumbo itu. Diketahuilah begitu banyak barang yang milik keluarga.
Pencurian!
Lapor polisi!
Pada 4 September 2020 Mbak Parti dibebaskan. Mbak Parti tidak terbukti mencuri.
Bahkan dompet bekas yang semula juga masuk dalam tuduhan ternyata juga bukan. Dompet itu terbukti pemberian teman sesama dari Indonesia yang juga bekerja seperti Mbak Parti.
Anil berhasil bermain di motif. Motif adalah faktor penting dalam sebuah perkara pidana. Tidak cukup ada motif yang kuat bagi Mbak Parti melakukan pencurian. Apalagi dia sudah lebih 10 tahun di keluarga itu. Dianggap sangat memuaskan. Gajinyi pun naik terus.
Sebaliknya di pihak keluarga Pak Liew. Penuh dengan motif.
Misalnya, sejak Karl pindah rumah lebih setahun sebelumnya. Mbak Parti menjadi sering diminta membersihkan rumah Karl. Juga membersihkan kantor Karl.
Mbak Parti mengatakan, pekerjaan tambahan itu dilakukan seminggu sekali. Selama lebih dari 1 tahun. Tapi Ny Liew bersaksi bahwa tugas tambahan itu hanya dua atau tiga kali. Demikian juga keterangan saksi Karl. Itu pun, Mbak Parti menerima upah 20 dolar.
Sedang Anil bisa meyakinkan hakim bahwa pekerjaan tambahan itu dilakukan seminggu sekali. Uang yang diterima mbak Parti pun bukan 20 dolar, tapi separonya.
Bagi Anil itu cukup. Berapa kali pun tugas itu adalah melanggar hukum. Kontrak kerja mbak Parti hanya bekerja di alamat rumah Pak Liew.
Anil juga mengungkap tidak konsistennya keterangan keluarga itu. Juga ternyata tidak semua barang itu milik keluarga.
Maka Anil bermain di motif.
Apa motif mbak Parti dipecat. Lalu apa motif mbak Parti dilaporkan ke polisi.
Laporan polisi itu, menurut Anil, untuk menutupi pelanggaran hukum mempekerjakan Mbak Parti di rumah dan kantor Karl. Mereka takut pelanggaran hukum itu terbongkar manakala Mbak Parti lapor ke kementerian tenaga kerja. Itu mengkhawatirkan mereka karena Karl pernah mendengar Mbak Parti akan lapor ke kementerian.
Motif pemecatan itu sendiri aneh: hanya karena Karl marah. Yakni ketika Mbak Parti tidak mau lagi mengerjakan pembersihan toilet di rumah Karl. Hanya toilet. Pembersihan yang lain tetap dia lakukan. Demikian juga pembersihan kantor.
KOMENTAR ANDA