Dr. Paul Offit, ahli vaksin University of Pennsylvania yang juga anggota tim penasihat vaksin FDA mengatakan bahwa kita menyebutnya sebagai efek 'samping', padahal itu hanyalah efek. "Ini menunjukkan respons imun tubuh kita saat menghadapi infeksi," ujarnya.
Vaksin bekerja dengan mendorong tubuh membuat protein tertentu yang digunakan virus corona memasuki sel tubuh manusia; untuk 'menyerang balik' virus tersebut. Protein dalam tubuh memicu produksi antibodi baru yang dapat menghancurkan protein tersebut—sebagai pelindung yang akan melawan invasi virus di masa depan.
Namun proses produksi antibodi baru yang melepaskan berbagai substansi itu dapat menyebabkan peradangan. Itulah yang mengakibatkan demam, kelelahan, sakit kepala, dan gejala lainnya.
Banyak dari partisipan dalam uji coba vaksin mengalami ketidaknyamanan setelah menerima vaksin kedua yang diberikan 3 – 4 minggu setelah pemberian vaksin pertama. Menurut para ahli, pada saat itu tubuh justru dalam kondisi prima untuk menyerang protein.
Kebanyakan reaksi yang dialami 1,9 juta warga Amerika Serikat yang menerima vaksin selama Desember sebelumnya sudah terlihat pada lebih kurang 35 ribu yang menjalani uji klinis vaksin Pfizer dan Moderna.
Banyak masyarakat mengungkapkan keraguan menerima vaksin Covid-19. Para tenaga kesehatan tentu berharap kejujuran mereka tentang efek yang dirasakan tidak memundurkan niat warga untuk divaksin.
KOMENTAR ANDA