Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SEBAGIAN pihak mengira Ummu Dahdah kurang beruntung, karena namanya kurang termasyhur dalam sejarah. Namun apakah ketenaran itu menentukan kualitas seseorang?

Belum tentu juga sih! Bukankah banyak orang ngetop  justru karena sisi buruknya?

Dan sejarah kebenaran itu tidak akan pernah luput mencatat dengan tinta emasnya, perihal pribadi mulia yang mengabdikan hidup di jalan Tuhan. Demikianlah sosok Ummu Dardah direkam kiprahnya dengan amat manis.

Bersama suaminya, Ummu Dardah termasuk generasi pertama dari pribumi Madinah yang memeluk agama Islam, yang mana mereka ini lebih dikenal dengan sebutan Anshar (kaum penolong).

Mereka inilah yang menyambut, melindungi dan membela Nabi Muhammad beserta segenap kaum Muhajirin yang berhijrah. Dan tentulah Ummu Dardah sekeluarga termasuk golongan yang mengikhlaskan jiwa, raga dan harta demi meraih keridaan Allah.

Sebetulnya keluarga Ummu Dardah memiliki kekuatan ekonomi yang mengagumkan. Salah satu kekayaannya yang membuat orang-orang takjub adalah sebidang kebun kurma yang dipagari dengan rapi. Di dalamnya tumbuh subur 600 pohon kurma yang berbuah ranum.

Dan bukan hanya satu itu saja, masih ada kebun kurma lain yang merupakan miliknya. Dapat dibayangkan betapa gemilangnya bisnis yang dikelola Ummu Dardah tersebut.
 
Ummu Dardah amat mencintai kebunnya. Ini terbukti dari seringnya Ummu Dardah mengajak anak-anaknya ke sana. Bersama keluarganya, Ummu Dardah menikmati keteduhan kebun yang bagaikan surga di tengah kepungan panasnya gurun pasir. Dengan diberi pagar yang rapi, kebun kurma kesayangannya aman dari gangguan.

Apakah bisinis kurma yang menakjubkan ini membuat Ummu Dardah begitu mengesankan dalam sejarah Islam?

Ternyata bukan demikian cara menyimpulkannya.

Suatu hari Rasulullah menyampaikan, telah turun surat Al-Baqarah ayat 245, yang artinya, “Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak.”

Suami dari Ummu Dardah bertanya, “Wahai Rasulullah, Allah minta pinjaman dari kita, padahal Dia Mahakaya tidak butuh pinjaman.”

Nabi Muhammad menerangkan, “Ya, Allah hendak memasukkanmu ke surga karena pinjaman darimu.”

Inilah pinjaman yang paling menakjubkan, karena yang meminjam adalah Tuhan dan yang memberikan pinjaman memperoleh surga sebagai balasannya. Syaratnya adalah memberikan pinjaman yang terbaik. Sekali lagi ditegaskan: yang terbaik.   

Suami Ummu Dardah itu menggenggam tangan Rasul dan berkata, “Kami memiliki dua kebun kurma, di lembah dan di bukit. Keduanya aku jadikan pinjaman terbaik bagi Allah.”

Nabi Muhammad menyambutnya, “Jadikanlah salah satunya untuk Allah, sedangkan yang satu kebun lagi biarkan untuk sumber penghidupan keluargamu.”

Lelaki itu ingin menyerahkan yang terbaik, yang terbagus, dan yang paling dicintai. Maka suami Ummu Dardah memberikan kebun yang berpagar rapi dengan 600 pohon kurma di dalamnya.

Rasul berkata, “Jika demikian, cukup bagimu surga dari Allah.”

Lantas, bagaimana caranya sang suami menerangkan pinjaman model ini kepada Ummu Dardah yang teramat mencintai kebun itu? Bagaimana memberikan pengertian karena dirinya tidak akan menerima lagi hasil bisnis duniai yang selama ini menggiurkan?

Sebagaimana yang tercantum dalam buku Nisa Min ‘Asri Nubuwwah karya Ahmad Khalil Jam’ah, ternyata sang suami menyampaikan kepada istrinya dengan kalimat yang puitis:  

Tuhanku menunjukimu ke jalan yang benar, menuju kebaikan dan tindakan tepat.
Aku mencintai kebun berpagar, namun telah berlalu, telah kupinjamkan sampai hari kiamat.
Kupinjamkan kepada Allah karena hasratku, dengan niat bakti tanpa menyebut-nyebutnya atau ragu.
Harapanku hanya kelipatannya di akhirat, tinggalkan olehmu kebun ini bersama anak-anak.
Tidak diragukan bakti adalah bekal paling baik, yang dipersembahkan seseorang untuk akhirat.

Ummu Dardah tidaklah terkejut. Ia malah memuji, “Bisnismu sungguh menguntungkan.”

Kemudian Ummu Dardah mengeluarkan kalimat yang tak kalah puitisnya:

Allah menggembirakanmu dengan kebaikan dan kegirangan.
Engkau telah melaksanakan ketaatan pada-Nya.
Allah telah membuat bahagia keluargaku dan melimpahinya kurma matang, tanaman menawan dan ranum.
Hamba berupaya dan bagi-Nya hasil usaha keras.
 

Sebaiknya kita tidak berhenti hanya terpesona dengan suami istri yang begitu fasih dalam berbalas kalimat-kalimat puitis. Karena adegan berikut mestinya amat menggugah bagi hati yang suci.

Ummu Dardah menghampiri anak-anaknya. Dia keluarkan buah-buah kurma dari kantong bocah-bocah itu. Ia pun mengambil kurma yang dalam genggaman jari-jari mungil mereka. Ummu Dardah bahkan mengeluarkan kurma yang baru masuk ke mulut anaknya.




Menyongsong Resesi 2025 dengan Ketenangan Batin

Sebelumnya

Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur